KEMENKO PMK — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menekankan pentingnya kebijakan yang berbasis data dan memperhitungkan berbagai aspek dalam menghadapi tantangan media sosial bagi anak-anak.
Hal itu disampaikan dalam agenda SENERGI: Senin Bersinergi, bertema Memupuk Literasi Digital Anak Dalam Bermedia Sosial Secara Bijak, yang digelar di Aula Heritage Kemenko PMK pada Senin (20/1/2025).
“Kami ingin memastikan kebijakan yang diambil benar-benar memperhitungkan semua aspek, baik positif maupun negatif. Masukan dari berbagai pihak, seperti yang disampaikan hari ini, menjadi bagian penting dalam upaya memperdalam pemahaman kita,” ujar Menko PMK.
Menko PMK menegaskan bahwa diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan untuk memperdalam pengetahuan tentang isu literasi digital anak. Selain itu, acara ini juga menjadi bentuk kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk media, akademisi, dan komunitas, untuk menggali solusi dan menyusun kebijakan yang lebih komprehensif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Diskusi hari ini memberikan banyak pencerahan dan mengingatkan kita untuk berhati-hati memperhatikan berbagai aspek dalam menentukan regulasi,” tambahnya.
Diskusi yang menjadi inti acara ini menghadirkan jajaran narasumber dari Kompas, yaitu Ichwan Susanto dan Larasati Ariadne selaku wartawan Kompas, Angger Putranto dari Departemen Media Sosial Kompas, serta Yohanes Advent dari Litbang Kompas. Mereka menggali berbagai dimensi literasi digital anak.
Para narasumber menekankan pentingnya menyebarkan pesan positif di media sosial, dengan menyebut bahwa, “Viral enggak usah dikejar, pesan positif saja yang ditebar. Viral itu bonus, informasi yang terverifikasi itu harus.” Selain itu, mereka juga membahas risiko dan dampak media sosial bagi anak dan remaja, serta menggambarkan media sosial sebagai “majalah dinding modern” tempat berbagi gambar dan informasi
Dampak negatif media sosial paling besar dialami dan dirasakan oleh Gen Z dan atau generasi yang lebih muda dibanding dengan Milenial, Gen X maupun Baby Boomers. Semakin lama konsumsi media sosial, maka semakin tinggi pula potensi tingkat gangguan konsentrasi dapat terjadi pada anak. Tingginya durasi anak mengakses media sosial berkorelasi dengan ADHD (Attention-deficit hyperactivity disorder) yang semakin mengancam kesehatan mental anak.
Apakah ada media sosial yang ramah anak dan bermanfaat bagi anak? Jawabannya “Tidak ada”. Media sosial yang aman bagi anak, adalah media sosial yang dipantau oleh orang tua yang sadar tujuan penggunaan media sosial hanya untuk edukasi dan aktualisasi diri. Orang Tua dan Pendidik perlu diberikan edukasi dampak positif dan negatif media sosial serta perlu adanya batasan waktu penggunaan media sosial bagi anak.
Pengaruh media sosial yang berbeda pada setiap generasi menjadi dasar munculnya wacana pembatasan usia anak dalam bermedia sosial. Selain itu, upaya pengaturan usia anak dalam bermedia sosial juga tidak hanya selesai dengan pengaturan saja, tetapi perlu pendampingan intensif dari orang tua serta dukungan dari satuan pendidikan dimana anak berada. Akhirnya semua kembali kepada diri masing-masing, yaitu menjaga ketahanan diri anak-anak dan keluarga melalui literasi digital dan kolaborasi semua pihak.