Perkuat Fondasi SDM Unggul, Kemenko PMK Evaluasi Ketahanan Keluarga di Belitung dan Belitung Timur

KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menegaskan bahwa penguatan ketahanan keluarga menjadi agenda prioritas pemerintah untuk melahirkan generasi yang tangguh, sehat, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.

Hal itu disampaikan saat kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) ketahanan keluarga di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Kamis (18/9/2025). Kegiatan ini bertujuan memperoleh gambaran komprehensif terkait capaian program pembangunan keluarga, mengidentifikasi faktor pendukung dan hambatan di lapangan, sekaligus memastikan implementasi program di daerah selaras dengan target RPJMN 2025–2029.

“Keluarga merupakan fondasi utama pembangunan manusia. Jika ketahanan keluarga kuat, maka akan melahirkan generasi yang tangguh, sehat, dan berdaya saing. Karena itu, penguatan ketahanan keluarga menjadi agenda prioritas pemerintah dalam RPJPN 2025–2045,” ujar Deputi Lisa.

Data Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) tahun 2024 menunjukkan Kabupaten Belitung dan Belitung Timur berada di atas rata-rata nasional. Belitung mencatat nilai 64,94 dan Belitung Timur 64,48, lebih tinggi dibandingkan capaian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (60,4) maupun nasional (62,5). Jika dilihat dari dimensinya, Belitung memperoleh nilai Kebahagiaan 70,98, Kemandirian 57,51, dan Ketenteraman 66,31, sementara Belitung Timur mencatat Kebahagiaan 71,12, Kemandirian 56,95, dan Ketenteraman 65,37.

Meski demikian, tantangan masih ada, seperti tingginya angka stunting, perkawinan anak, serta kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Deputi Lisa mengingatkan bahwa isu tersebut harus ditangani secara kolaboratif lintas sektor.

“Kemenko PMK memiliki peran strategis untuk mengawal koordinasi antar-kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Kita tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan sinergi lintas sektor agar kebijakan ketahanan keluarga benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” jelasnya.

Selain penegasan iBangga dari Deputi Lisa, Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia Berkualitas, Iwan Eka Setiawan, menekankan pentingnya Indeks Modal Manusia (IMM) di daerah sebagai ukuran potensi produktivitas generasi muda. IMM dipengaruhi oleh kesehatan, pendidikan, dan keberlangsungan hidup usia produktif yang terkait dengan ketahanan keluarga.

“Indeks Modal Manusia bukan sekadar angka, tetapi cermin masa depan kita. Jika IMM di daerah kuat, maka peluang Indonesia untuk melahirkan generasi emas pada 2045 akan semakin besar,” ujar Iwan.

Selanjutnya, Deputi Lisa juga menyoroti pentingnya pemanfaatan kearifan lokal dan solidaritas sosial dalam menjaga ketahanan keluarga. Hal ini sejalan dengan Asta Mantra Keluarga yang dicanangkan Menko PMK. Asta Mantra tersebut mengajak masyarakat untuk mengurangi screen time dan memperbanyak green time, melestarikan budaya luhur bangsa, serta mengaktifkan solidaritas ketetanggaan.

“Masyarakat Belitung dan Belitung Timur memiliki kekuatan sosial dan budaya yang khas. Modal sosial ini perlu terus diperkuat agar keluarga tidak hanya tangguh menghadapi tantangan ekonomi, tetapi juga siap menghadapi arus digitalisasi dan globalisasi,” ungkap Lisa.

Secara khusus, Lisa menekankan bahwa Belitung dan Belitung Timur sebagai bagian dari Geopark Dunia UNESCO memiliki modal sosial, budaya, dan alam yang luar biasa. Potensi geopark ini dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan, ekonomi kreatif, serta pelibatan keluarga dalam aktivitas ekonomi lokal yang ramah lingkungan.

Dalam dialog bersama pemda, stakeholder, serta masyarakat, Deputi Lisa juga mendengarkan aspirasi dan masukan dari berbagai pihak. Hasil monev ini akan dirumuskan menjadi rekomendasi kebijakan yang konkret, termasuk pemetaan program keluarga rentan dan penanggulangan kemiskinan ekstrem.

“Kami ingin memastikan bahwa setiap kebijakan keluarga benar-benar ramah keluarga, inklusif, dan berbasis kebutuhan masyarakat di daerah. Dari Belitung dan Belitung Timur, kita belajar bahwa penguatan keluarga adalah kerja bersama, dari pusat hingga desa, dari pemerintah hingga masyarakat,” pungkasnya.

Kontributor Foto:
Editor :
Reporter: