Menko PMK: Atasi Stunting Bersama Masyarakat Madani

Jakarta (17/9) -- Angka stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 30,8% menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menjadi 27,67% pada 2019. Namun, Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting turun sampai di angka 14% pada 2024 mendatang.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy optimistis target tersebut dapat tercapai. Hanya, perlu komitmen dan kerja sama semua pihak tidak hanya dari pemerintah.

"Dalam menangani masalah stunting ini ada kemungkinan terjadi overlapping atau sebaliknya. Tapi, semakin banyak yang bergerak apalagi dari masyarakat madani tentu akan sangat baik," ucapnya saat menjadi narasumber acara Talkshow Launching Aksi Peduli Dampak Corona bersama RRI dan Dompet Dhuafa live on Youtube, Kamis (17/9).

Menurut Menko PMK, keikutsertaan dan kepedulian masyarakat madani akan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap upaya penanganan stunting. Apalagi, peran masyarakat madani yang dimulai dari lingkungan keluarga.

Dijelaskan bahwa penanganan stunting dimulai pada 1000 hari pertama kehidupan. Calon orang tua harus memiliki pengetahuan serta pemahaman yang cukup mengenai pemenuhan gizi terhadap anak agar tidak terlahir mengalami stunting.

"Menurut saya, penanganan stunting harus berbasis keluarga. Dasar hukumnya berdasarkan UU No. 52/2009 tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Jadi stunting tidak bisa tanpa didekati keluarga," ucapnya.

Lebih lanjut, menurut Menko PMK, domainnya yaitu lebih ke perencanaan keluarga daripada masalah kesehatan. Hal itu lantaran stunting dinilai bukanlah suatu penyakit melainkan kondisi kesehatan yang terganggu akibat kurang gizi.

"Karena itu mestinya penanganannya pun pendekatannya kesehatan masyarakat bukan pendekatan penyembuhan. Calon pasangan muda harus tahu tentang itu," pungkas Muhadjir.

Berdasarkan data, 40% dari total angka kelahiran di Indonesia yang mencapai 4,8 juta kelahiran pertahun berasal dari rumah tangga baru. Faktanya, banyak kelahiran rata-rata dari ibu muda atau di bawah umur dan hal itu menjadi tantangan yang harus segera diatasi untuk menyelamatkan generasi masa depan bangsa.

Kontributor Foto: