Penguatan Rantai Pasok Pangan, Kunci Wujudkan Transformasi Sistem Pangan Nasional

Dalam sistem pangan nasional, Pemerintah Indonesia mampu mengelola volume ketersediaan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan kalori harian masyarakat yang di fokuskan pada 11 pangan pokok prioritas (beras, jagung, kedelai, bawang, cabai, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, gula konsumsi, minyak goreng, dan ikan).

Meskipun kelompok pangan pokok tersebut mudah dijangkau, namun bagi sebagian besar masyarakat miskin masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang mengandung protein, mikronutrien, dan vitamin untuk tercapai pola makan sehat, gizi, dan seimbang. Di sisi lain, obesitas dan stunting khususnya di kalangan rumah tangga miskin menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini. 

Dampak dari Covid-19 dan perang Ukraina mengguncang kestabilan kesediaan pangan secara global. Rantai pasok yang adaptif dapat menjadi kunci untuk dapat mewujudkan transformasi sistem pangan nasional. Strategi yang dipilih selama ini cukup efektif, namun perlu diperkuat dengan manajemen yang lebih solid dan berkelanjutan. 

Membuka Rapat Konsultasi Penguatan Rantai Pasok Pangan di Indonesia yang digelar di Hotel Mercure Sabang, Jakarta, 5 September 2023, Asisten Deputi Bidang Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana Kemenko PMK Nelwan Harahap melaporkan, Kemenko PMK telah bekerjasama dengan WFP sejak awal pandemi Covid-19 terkait isu-isu rantai pasok, dimana saat itu terjadi fenomena dan pola perubahan status kebutuhan sebuah komoditas dari yang tidak penting menjadi penting dan sangat penting, seperti hand sanitizer, telur ayam, jeruk, dan lain-lain. 
Kerjasama tersebut berlanjut melalui dialog-dialog strategis yang berfokus pada langkah-langkah antisipatif memitigasi dampak berkepanjangan pasca pandemic Covid-19 dan krisis pangan global serta guncangan rantai pasok terhadap ketahanan pangan nasional.

Menindaklanjuti diskusi-diskusi rantai pasok tersebut, Kemenko PMK bersama World Food Programme (WFP) melihat pentingnya melakukan penelitian mendalam terkait upaya penguatan rantai pasok pangan  dan memastikan seluruh lapisan masyarakat memiliki akses dan keterjangakuan terhadap pola pangan sehat, bergizi, dan seimbang (leave no one behind).

Hasil analisa penelitian yang telah dilakukan selama 6 bulan, merekomendasikan perlunya adaptasi rantai pasok pangan nasional melalui pengembangan sebuah platform decision support information system yang dapat digunakan untuk memantau, mengevaluasi, dan memprioritaskan intervensi program dan penguatan rantai pasok secara tepat sasaran. Hasil penelitian secara resmi telah diterima Kemenko PMK dari WFP pada awal Agustus 2023, dan diharapkan masuk dalam rencana strategis kementerian/lembaga. 

Hasil penelitian rantai pasok pangan dipaparkan oleh Logistic Officer WFP Ikhsanuddin. Indonesia menargetkan tahapan perubahan bisa dicapai sesuai target SDG 2030 guna mencapai Indonesia Emas 2045. Jalur strategis transformasi sistem pangan mengamanatkan 3 elemen utama, yaitu efisiensi, keberlanjutan dan efisiensi. 

Hasil analisis Kajian Rantai Pasok Pangan memperlihatkan bahwa rantai pasok pangan yang efisien berkelanjutan dan tangguh sangat penting dalam mencapai keberhasilan transformasi sistem pangan nasional. Untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan dan ketangguhan dalam memastikan pasokan pangan yang sehat, bergizi dan seimbang diperlukan rantai pasok yang mampu beradaptasi secara signifikan.

“Adaptasi rantai pasok pangan harus menjadi prioritas Pemerintah dan secara langsung dikoordinasikan dan dipantau oleh Pemerintah”, tutur Ikhsan. 
Dengan memanfaatkan perangkat pemerintah yang tersedia saat ini, sangat mungkin dikembangkan mekanisme informasi rantai pasok pangan yang komprehensif. Minat dan perhatian kementerian/lembaga sangat besar dalam (mendukung) produksi dan pemanfaatan data secara sistematis sehingga dapat menginformasikan prioritisasi dalam melaksanakan transformasi rantai pasok pangan.

Perwakilan Badan Pangan Nasional Jan Piter menyampaikan, saat ini tengah disusun peta kerawanan pangan, yang nantinya ke depan akan dibentuk menjadi sebuah rencana aksi. Jan berharap, data dashboard dapat dikembangkan menjadi satu data pangan nasional dan dapat dimanfaatkan untuk membangun sebuah platform dashboard.

Menanggapi pernyataan Bapanas, Head of Climate URR and Supply Chain Unit WFP Katarina Kohutova menyampaikan, WFP akan memberikan dukungan teknis kepada K/L terkait dalam kegiatan-kegiatan yang akan datang terkait adaptasi rantai pasok makanan. 

Dari rapat hari ini, data yang akurat dipandang menjadi hal yang krusial dalam proses pengambilan keputusan dalam penguatan ketahanan pangan di Indonesia. Pengembangan dashboard diharapkan dapat menjadi support system yang sangat penting dalam mendukung transformasi strategi ketahanan pangan nasional. Konsep dashboard dipandang sejalan dengan upaya Bapanas, yang sedang mengembangan Sistem Informasi Pangan dan Gizi (SIPG), didukung dengan penyediaan data oleh K/L terkait, yaitu Kemendag, Kementan, KKP, Kemdagri, Kemenhub, BPS, dan lainnya. 

Rapat hari ini memutuskan bahwa Bapanas akan menjadi leading sector dalam pengembangan dashboard data terpadu ketahanan pangan dalam mendukung capaian nasional ketahanan pangan dan pemerataan akses pangan pada semua pihak.  

“Ini akan menjadi pilot project kita di kawasan Asia. Kalau ini berhasil di Indonesia, maka kita bisa berkontribusi secara global dengan membantu negara-negara lain yang memiliki masalah serupa. Generasi Emas 2045 mustahil tercapai jika salah satu instrumen pentingnya yaitu pemenuhan pangan dan gizi tidak dapat kita sediakan”, tegas Nelwan. 
Rapat turut dihadiri oleh WFP Global Consultant Ian Heigh, Kemenkomarves, Kemenko Ekon, dan perwakilan Kedeputian 1 Kemenko PMK.

Kontributor Foto:
Reporter: