Pandemi Ajarkan Manusia Jadi Pembelajar

Jakarta (21/12) – Situasi pandemi Covid-19 telah membawa dampak perubahan terhadap sistem kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari yang semula dilakukan secara manual dan kontak langsung kini menjadi kegiatan bersifat contactless dan berbasis online atau digital.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Kemenko PMK) Agus Sartono mengatakan bahwa tidak peduli siapapun, setiap orang kini dituntut untuk menjadi pembelajar.
 
“Sejak awal, pandemi telah mengajarkan kita untuk menjadi seorang pembelajar. Belajar untuk menguasai teknologi informasi baik yang sederhana maupun yang kompleks,” ujarnya mewakili Menko PMK Muhadjir Effendy saat pembukaan acara Teaching and Learning Festival 2020 yang dilakukan secara daring, Senin (21/12).

Menurut Agus, seorang pembelajar akan terus melakukan pengembangan (upgrade) terhadap kemampuan diri. Begitu pun dalam dunia pendidikan, guru dan peserta didik bahkan termasuk orang tua harus terus belajar dan berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi.

“Inilah tantangannya. Sistem digital secara cepat menjadi sebuah kebutuhan yang harus dimiliki dan dikuasai semua orang. Kita harus mau beradaptasi dengan setiap perubahan dan menjadi pembelajar sepanjang hayat,” tuturnya.

Ia pun mengungkapkan bahwa dunia kerja saat ini juga telah mengikuti perkembangan digitalisasi. Namun mengutip publikasi World Economic Forum: Future of Jobs Report (2020), diprediksi 84% pekerjaan di dunia akan digantikan oleh mesin-mesin canggih dan 50% pekerjaan di dunia akan menggunakan otomatisasi.

Dengan kondisi demikian, porsi pekerjaan yang masih dilakukan oleh manusia akan berkurang dari 67% saat ini menjadi 53% dalam lima tahun mendatang. Ironisnya, diperkirakan 85 juta lapangan pekerjaan yang ada saat ini akan hilang.

“Perlu kita cermati pekerjaan hilang bukan berarti pengangguran, namun artinya ada peluang baru. Dalam lima tahun mendatang diperkirakan ada 97 juta pekerjaan baru yang merupakan kombinasi atau hybrid antara manusia, mesin, dan komputer,” papar Agus.

Lebih lanjut, menurutnya, untuk mengatasi situasi itu setidaknya 50% pekerja yang ada saat ini membutuhkan reskilling dan upskilling. Dengan kata lain menyesuaikan kompetensi dengan teknologi baru serta menguasai kemampuan sains, teknologi, hingga internet of things.

Seperti diketahui, pendidikan juga menghadapi dinamika perubahan yang sangat drastis. Bukan hanya pengembangan kompetensi berbasis literasi data dan numerik yang perlu diperkuat, namun saatnya untuk mendefinisikan ulang kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik.

“Dalam proses pembelajaran, guru dan dosen harus mampu mengubah pendekatan pembelajaran ke arah student centered learning. Guru adalah pembimbing untuk menjadikan siswa pembelajar sepanjang hayat,” pungkas Agus.

Reporter: