Menko PMK: Perlu Serangan Besar-besaran Untuk Tangani Stunting

KEMENKO PMK -- Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih jadi tantangan besar dalam pembangunan manusia Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,67 persen. Sementara, Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, percepatan penurunan stunting harus semakin dikebut. Menurut dia, dengan adanya landasan hukum Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, maka diperlukan langkah-langkah yang cepat dan efektif untuk memenuhi target Presiden.

Hal itu disampaikan Menko Muhadjir saat menyampaikan keynote speech Simposium Nasional 2021 Praktik Baik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang diselenggarakan BKKBN, secara daring, pada Selasa (26/10).

"Tidak ada kata pelan, tidak ada kata sedikit demi sedikit. Tetapi dalam waktu kurang lebih 3 tahun kita harus melakukan serangan frontal besar-besaran terhadap masalah stunting di Indonesia," tegasnya.

Muhadjir menerangkan, permasalahan stunting masih jadi kendala besar dalam menyiapkan generasi unggul dan kompetitif. Dia meminta perang melawan stunting terus digencarkan. Termasuk keterlibatan, perguruan tinggi dalam upaya sosialisasi dan edukasi pencegahan stunting kepada masyarakat dan kepada kalangan mahasiswa dan mahasiswi.

"Perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan  BKKBN, terutama dari pendekatan persuasif dan edukatif kepada calon pengantin, termasuk kepada para mahasiswa dan mahasiswi," tuturnya.

Menko PMK mengatakan, keikutsertaan perguruan tinggi dalam perang melawan stunting sangat penting. Melalui program pengabdian masyarakat dan riset, para mahasiswa bisa ikut memberikan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan stunting, pemenuhan gizi yang baik kepada masyarakat, dan juga sebagai untuk kalangan mahasiswa dan mahasiswi.

"Harus kita kejar di mana kantong-kantong stunting terjadi kemudian kita selesaikan satu demi satu dan dengan cara yang tentu saja dikembangkan dengan pertemuan berbasis riset di perguruan tinggi masing-masing," tuturnya.

Muhadjir mengaku optimis terlibatnya perguruan tinggi dalam penanganan stunting akan membuat penanganan stunting lebih sistemik, dan pendekatan akademik akan menjadi warna baru dari penanganan stunting di Indonesia. 

"Mudah-mudahan sesuai target Presiden, angka stunting kita harus di bawah 14 persen bisa terpenuhi berkat  kerja sama kompak antara lain atas kerja sama BKKBN dengan perguruan tinggi," kata Menko PMK.

*Kepala BKKBN: Target 4.600 Perguruan Tinggi Terlibat*

Untuk mempercepat penurunan stunting, BKKBN bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan sosialisasi dan edukasi pencegahan stunting. Salah satu caranya yakni melalui program pengabdian masyarakat atau KKN Tematik.

Dengan program tersebut, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, pengabdian masyarakat yang biasa dilakukan mahasiswa akan diarahkan dalam hal sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan stunting. 

"Peran perguruan tinggi saya kira sangat diharapkan untuk penguatan perencanaan penanggaran peningkatan kualitas pemantauan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Melakukan coaching mentoring pada masyarakat desa," tutur Hasto. 

Lebih lanjut, Hasto menyatakan, saat ini ini sudah ada 11 perguruan tinggi awal yang sudah bergabung dalam melakukan pengabdian masyarakat bertema pengentasan stunting. 
 
Mereka adalah: Universitas Muhammadiyah - Aisyiyah, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Universitas Gorontalo, UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Universitas Teuku Umar, Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas Batang Hari, Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Sunan Ampel Surabaya, Universitas Jambi, Universitas Sahid Jakarta.

"Mudah-mudahan segera perguruan tinggi lainnya menyusul. Dan saya kira sekarang ada 11 perguruan tinggi, dan targetnya nanti 4.600 perguruan tinggi untuk kemudian semua desa bisa tersentuh dnegan mahasiswa melalui pendampingan pengentasan stunting," katanya.

Kepala BKKBN berharap perguruan tinggi bersama-sama Kementerian dan Lembaga bisa hadir di tengah masyatakat dan memberikan sentuhan dari aspek sensitif yakni faktor sanitasi, pendidikan, kemiskinan, maupun spesifik yakni sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: