Kemenko PMK Dorong Perempuan Sebagai Agen Perubahan dan Pengurangan Risiko Bencana

KEMENKO PMK -- Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Andre Notohamijoyo menegaskan pentingnya peran perempuan sebagai agen perubahan dalam pengurangan risiko bencana. 

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber pada acara "Weaving Peace Together: From Village to Vision" di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025). 

Ia mencontohkan sejumlah praktik baik perempuan di daerah yang layak dijadikan inspirasi nasional. Salah satunya adalah perjuangan seorang aktivis perempuan yang menjadi guru bagi Suku Anak Dalam di pedalaman Taman Nasional Bukit XII, Jambi, yang kisahnya diangkat dalam film Sokola Rimba. 

Contoh lainnya adalah dedikasi seorang guru honorer perempuan di Lebak Selatan yang konsisten mengajarkan kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat setempat. "Praktik baik seperti itu perlu didokumentasikan dan diperkuat narasinya, agar menjadi teladan nyata bagi masyarakat," ujar Andre Notohamijoyo.

Lebih lanjut, Asdep Andre menjelaskan, fokus pembangunan yang selama puluhan tahun bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam telah berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan meningkatkan risiko bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, dan banjir bandang. "Di sinilah perlunya membangun kesadaran masyarakat terhadap kelestarian bencana, sekaligus tanggap bencana," ungkapnya.

Menurut Andre, Saat ini, Indonesia tengah berada pada periode bonus demografi 2020–2036, di mana mayoritas penduduk berusia produktif. "Sehingga strategi pembangunan nasional harus lebih berorientasi pada penguatan sumber daya manusia," ujarnya.

Andre menambahkan bahwa Kemenko PMK terus mendorong penguatan program unggulan Kita Tangguh sebagai inisiatif untuk membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana. Dalam program tersebut, perempuan diposisikan sebagai pilar penting yang mampu menggerakkan perubahan melalui edukasi, pendampingan, dan penanaman kesadaran kebencanaan di tingkat komunitas.

Selain Andre, hadir pula narasumber lain yaitu Deputi Perlindungan Hak Perempuan KPPPA, Desy Andriani; Plh. Deputi Kerjasama Internasional BNPT, Dionisius Elvan Swasono; serta perwakilan AMAN Indonesia. Para narasumber berbagi praktik dan perspektif terkait Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan (Women, Peace, and Security/WPS), serta menegaskan pentingnya memperkuat suara komunitas dalam pembangunan perdamaian yang inklusif.

Kegiatan "Weaving Peace Together: From Village to Vision" diselenggarakan oleh UN Women bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda.

Kegiatan ini menyoroti capaian proyek, pembelajaran komunitas, serta komitmen bersama untuk memperkuat pembangunan perdamaian yang responsif gender, sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 tentang Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan (WPS).

Kegiatan ditutup dengan diskusi terarah yang membuka ruang dialog mengenai prioritas strategis, peluang kolaborasi, dan komitmen lintas aktor untuk memperkuat pembangunan perdamaian dan ketangguhan yang responsif gender di Indonesia.

Kontributor Foto:
Editor :
Reporter: