KEMENKO PMK — Tantangan akses permodalan terus menghambat pertumbuhan kewirausahaan pemuda di Indonesia. Faktor-faktor seperti risiko usaha yang tinggi, minimnya pengalaman, terbatasnya aset jaminan, dan rendahnya literasi keuangan menjadi penghambat utama.
Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyelenggarakan diskusi terpumpun bertajuk “Inovasi dalam Fasilitasi Akses dan Sumber Permodalan untuk Wirausaha Muda”.
Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menekankan pentingnya peran pemuda dalam memajukan perekonomian.
“Kontribusi mereka melalui inovasi, lapangan kerja baru, dan pertumbuhan ekonomi sangatlah signifikan,” ujar Deputi yang akrab disapa Lisa.
Namun, Lisa menambahkan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi pemuda dalam berwirausaha adalah pemasaran, permodalan, dan kompetensi. "Seringkali, pelatihan kewirausahaan hanya berfokus pada keterampilan, tetapi melupakan pendampingan akses permodalan yang sangat penting sebagai dasar bagi kesuksesan," jelasnya.
Data menunjukkan jumlah wirausahawan di Indonesia masih rendah, hanya 3,47 persen dari total penduduk. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura (8,76 persen), Malaysia, dan Thailand yang telah mencapai lebih dari 4,5 persen.
"Terjadi penurunan jumlah wirausahawan dari tahun ke tahun, padahal jumlah pemuda mencapai 65,82 juta jiwa, dan hanya 19,48 persen yang menjadi wirausahawan," ungkap Lisa.
Diskusi ini menghadirkan para ahli yang memberikan pandangan dan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Razaq Manan Ahmad, Executive Vice President Pengembangan Bisnis PT Permodalan Nasional Madani (PNM), menekankan pentingnya literasi digital bagi nasabah ultra mikro.
"Teknologi mereka masih rendah, dan mereka membutuhkan onboarding secara offline, ekosistem transaksi berbasis tunai, serta data nasabah yang terstruktur," jelasnya.
Direktur Kelembagaan dan Layanan Jamkrindo, Abdul Bari, menekankan peran perusahaan penjaminan kredit dalam membantu akses pembiayaan bagi UMKM. "Keterlibatan mereka menjadi jembatan bagi UMKM Debitur Baru untuk mengakses pembiayaan," ungkapnya.
Ferdian Brillian, Sekretaris Umum Komunitas Pengusaha Tangan Di Atas, menekankan pentingnya akses pendanaan yang mudah dan murah. "Proses pendampingan setelah mendapatkan pendanaan juga sangat penting untuk mencapai tujuan dan meminimalisir risiko," ujarnya.
Andi Tito Pratama, Analis Senior Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melihat FinTech sebagai alternatif dalam menjangkau masyarakat yang ingin mengakses layanan jasa keuangan secara praktis dan efisien. "FinTech dapat menjangkau masyarakat yang tidak dapat dijangkau oleh perbankan konvensional," katanya.
Diskusi ini menghasilkan kesimpulan bahwa dibutuhkan dukungan yang kuat bagi wirausaha muda melalui inovasi dalam fasilitasi akses permodalan. Sinergi dan kolaborasi antar pihak diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan untuk para pelaku wirausaha muda.
“Mari bersama-sama membangun masa depan ekonomi yang lebih baik dengan memberikan dukungan yang tepat dan berkelanjutan bagi wirausaha muda Indonesia," ajak Lisa.