Indonesia Suarakan Kepentingan Pekerja dan Nelayan Migran pada ASCC Post-2025 Strategic Plan

KEMENKO PMK – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama dengan ASEAN Secretariat menjadi tuan rumah Pertemuan Ad-Hoc Working Group ke-6 untuk Penyusunan Rencana Strategis Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASCC) Pasca-2025 dan Regional Konsultasi dengan Stakeholders, yang dilaksanakan pada tanggal 24 s.d. 27 Agustus 2024 di Sekretariat ASEAN, Jakarta.

Pertemuan Ad-Hoc Working Group ke-6 delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kemenko PMK Linda Restaningrum selaku Country Representative Indonesia bersama dengan Yuliana Bahar, Direktur Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN (KSBA) Kementerian Luar Negeri. 

Hari pertama dan kedua diawali dengan pembahasan 1st draft ASCC Post 2025 Strategic Plan oleh Ad-Hoc Working Group dan kemudian dilanjutkan dengan Regional Consultation pada hari ketiga dan keempat. Hadir dalam pertemuan ini adalah para delegasi Ad-Hoc Working Group dari ASEAN Member States, SOCA Leaders, Dialogue Partners, External Partners, serta Committee of Permanent Representative.

Pada hari pertama, rangkaian pertemuan diawali dengan pembahasan dan diskusi oleh para delegasi Ad-Hoc Working Group terhadap isu-isu seperti pendidikan, climate change, kesehatan, kesejahteraan sosial, teknologi dan penggunanaan artificial intelligence serta isu-isu lainnya yang berada dalam Pilar Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Diskusi berlangsung dengan aktif dan produktif dengan banyaknya masukan-masukan yang membangun disampaikan oleh para delegasi.

Pada hari kedua, pelaksanaan Ad-Hoc Working Group on the Development of ASCC Strategic Plan pasca 2025, diskusi masih dilanjutkan dengan pembahasan terkait dengan isu-isu yang perlu untuk disempurnakan pada Rencana Strategis ASCC pasca tahun 2025. Dalam diskusi ini, Indonesia menyampaikan masukan-masukan yang sudah terhimpun dari K/L badan Sektoral ASCC seperti Kemendikbud, KLHK, Kemensos, BKN dan lainnya.

Dalam pertemuan hari kedua, ASEC juga menjelaskan terkait dengan ASCC Survey yang telah disebarkan di negara-negara ASEAN. ASCC survey ini bertujuan untuk melihat bagaimana respon dari masyarakat ASEAN terhadap kerja sama ASEAN pada pilar sosial budaya. Responden dalam ASCC Survey ini terdiri dari Pemerintah, Masyarakat sipil, para pemuda, para akademisi dan berbagai kalangan responden lainnya.

Salah satu isu yang berhasil dimenangkan oleh Indonesia untuk masuk kedalam dokumen Visi ASEAN 2020-2045 ialah isu perlindungan pekerja migran dan nelayan migran.  Selain itu juga telah disampaikan terkait dengan End Term Review dari ASCC Blueprint 2025 yang mana juga telah dilakukan inception pada beberapa hari sebelumnya yaitu pada 23 Agustus 2024. End Term Review tersebut bertujuan untuk mengukur sejauh mana implementasi-implementasi berbagai program yang telah dilakukan dapat memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan masyarakat ASEAN yang inklusif.

Rangkaian pertemuan pada hari ketiga dan keempat dilanjutkan dengan Interface antara Ad-Hoc Working Group dengan Senior Official Committee on ASEAN Socio Cultural Community (SOCA), Committee of Permanent Representatives (CPR), Dialogue Partners, dan External Partners. Pada sesi Interface AHWG dengan SOCA, beberapa isu yang mengemuka seperti isu HAM yang hampir ada pada semua badan sektoral.

Senior Officials Committee for the ASEAN Socio-Cultural Community (SOCA) dan the Committee of Permanent Representatives (CPR) menyampaikan pandangan terhadap tantangan-tantangan yang akan dihadapi ASEAN di masa depan. Peningkatan kolaborasi dengan mitra, komunikasi, keterlibatan publik akan memberikan pandangan untuk penyusunan ASCC Post-2025 Strategic Plan. CPR Indonesia menyampaikan terkait dengan berbagai tren yang akan dihadapi dikawasan ASEAN seperti Artificial Intelligence, cybersecurity, transformasi digital, dan lingkungan. Pada pertemuan ini juga diangkat isu terkait geopolitical yang sangat berdampak pada sektor ekonomi.

Hari terakhir ditutup dengan pertemuan Interface antara Ad-Hoc Working Group dengan Dialogue Partners dan External Partners. Perhatian terhadap isu-isu seperti climate change yang sangat berdampak kepada sektor-sektor lainnya seperti pendidikan, kesehatan, hal ini diungkapkan oleh 11 mitra wicara pada sesi tersebut. Selain itu juga perlunya pembinaan para anak muda untuk dapat memberikan kontribusinya terhadap kemajuan di kawasan ASEAN.