Dialog Multi Sektor, Kemenko PMK Rumuskan Arah Baru Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Era Disrupsi AI

KEMENKO PMK -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyelenggarakan kegiatan  Multistakeholder Dialogue: Towards A Smart Governance, bertema "Transformasi Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Tengah Disrupsi Kecerdasan Artifisial", di Aula Heritage Kantor Kemenko PMK, pada Rabu (26/11/2025). 

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden RI Prabowo Subianto dalam Program Asta Cita, khususnya agenda pembangunan manusia dan kebudayaan yang menekankan penguatan sumber daya manusia, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo terus menegaskan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai syarat kemajuan bangsa. "Tidak ada bangsa maju yang tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Presiden dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR–DPD, 15 Agustus 2025.

Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Sesmenko PMK) Imam Machdi. Dalam sambutannya, Imam Machdi menegaskan bahwa dialog ini merupakan bagian dari upaya memperkuat arah kebijakan Presiden RI Prabowo Subianto, khususnya dalam memajukan pembangunan manusia dan kebudayaan yang adaptif, inklusif, dan responsif terhadap perubahan teknologi.

"Kita ingin melihat bagaimana transformasi kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dapat dirumuskan di tengah disrupsi kecerdasan artifisial. Ini semua merupakan rangkaian dari arah pembangunan Bapak Presiden kita," ujar Imam Machdi.

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini diikuti sekitar 150 peserta dari unsur pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, media, serta disiarkan melalui kanal YouTube Kemenko PMK. "Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat. Semoga dialog ini menjadi bahan penting penyusunan arah kebijakan, khususnya pembangunan manusia dan kebudayaan, serta mendorong terwujudnya Smart Ministry yang agile dan adaptif," ucapnya.

Sesi dialog berlangsung dalam tiga klaster pembahasan.

Sesi Pertama: Klaster Anak, Kesehatan, dan Keluarga

Pada Sesi Pertama: Klaster Anak, Kesehatan, dan Keluarga, para narasumber membahas tema "Keluarga, Kesehatan, dan AI: Membangun Sistem Ketahanan Sosial Modern". Hadir sebagai narasumber Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Psikiater Subspesialis Adiksi Kristiana Siste Kurniasanti, serta Pembina Perhimpunan Digital Media Indonesia Toni Seno Hartono, dengan moderator Direktur Portal Kesehatan Masyarakat Basra Ahmad Amru.

Wamenkes Dante menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi AI untuk memperkuat ketahanan keluarga dan kesehatan masyarakat. Ia menekankan bahwa teknologi harus diarahkan sebagai alat bantu, termasuk pemanfaatan AI dalam skrining penyakit seperti TBC melalui analisis rontgen. Ia menyampaikan, Kemenkes telah membentuk Komite AI Bidang Kesehatan untuk memastikan pemanfaatan data yang aman, tepat guna, dan dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

"Kemenkes telah membentuk Komite AI di Bidang Kesehatan. Akan melakukan distribusi informasi yang jelas kepada masyarakat. Melindungi informasi yang jelas di masyarakat, dan melakukan stimulasi kepada dokter untuk melakukan pengembangan lebih lanjut pengetahuan kedokterannya," ujarnya.

Kristiana Siste menekankan bahwa penggunaan AI dalam kesehatan jiwa memiliki peluang sekaligus risiko, terutama terkait kecenderungan masyarakat untuk self-diagnosis dan self-treatment. Sementara itu, Toni Seno mengingatkan pentingnya pelindungan data pribadi dan kesiapan ekosistem digital untuk mendukung inovasi kesehatan berbasis AI.

Diskusi sesi ini menegaskan bahwa AI hanya dapat berdampak positif dalam pembangunan kesehatan nasional dan juga dalam ketahanan keluarga. AI juga bisa dimanfaatkan jika orang tua, keluarga, dan masyarakat memiliki literasi digital yang kuat dan mampu mendampingi anak dalam memanfaatkan teknologi secara bijak.

Sesi Kedua: Klaster Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial

Pada Sesi Kedua: Klaster Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial, dialog mengangkat tema "Dari Disrupsi ke Resiliensi: Peran AI dalam Manajemen Bencana dan Ketangguhan Sosial". Narasumber yang hadir yaitu Kepala BMKG Teuku Faishal Fathani, Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Harkunti Pertiwi Rahayu, dan Ketua Umum KORIKA Hammam Riza, dengan moderator Yulies Puspitaningtyas dari UN Women Indonesia.

Kepala BMKG menegaskan bahwa di era digital, kebutuhan data meteorologi, klimatologi, dan geofisika semakin mendesak untuk mendukung peringatan dini dan pengambilan keputusan berbasis bukti. AI berpotensi memproses data satelit, radar, dan pengamatan lapangan secara lebih cepat sehingga informasi kebencanaan dapat diteruskan secara inklusif kepada masyarakat.

Hammam Riza memaparkan konsep Multi-Hazard Early Warning System berbasis machine learning dan decision intelligence yang dapat memberikan prediksi lebih presisi dalam menghadapi berbagai jenis bencana. Kemudian, Harkunti Pertiwi mengingatkan bahwa kolaborasi multipihak tetap merupakan inti dari manajemen bencana, sekaligus memastikan bahwa teknologi tidak menimbulkan risiko baru seperti misinformasi atau bias dalam pengambilan keputusan.

Sesi ini menekankan pentingnya pemanfaatan AI yang aman, inklusif, dan memperkuat gotong royong nasional dalam menghadapi bencana maupun konflik sosial.

Sesi Ketiga: Klaster Pendidikan, Kebudayaan, dan Karakter Bangsa

Pada Sesi Ketiga: Klaster Pendidikan, Kebudayaan, dan Karakter Bangsa, dialog mengangkat tema "AI dan Identitas Nasional: Belajar, Berbudaya, dan Berkarakter di Tengah Disrupsi Digital". Menghadirkan Wamendiktisaintek Stella Christie, Direktur PSPK Nisa Felicia Faridz, dan Rektor Universitas Pradita Richardus Eko Indrajit, dengan moderator Prasetya Dwicahya dari Amana Solutions.

Wamendiktisaintek Stella Christie menekankan bahwa manusia hanya dapat unggul dari AI jika memiliki kemampuan yang tidak dimiliki algoritma, seperti empati, intuisi, kemampuan bertanya kritis, dan pemahaman humanis.  "Manusia akan menang bila memiliki kemampuan yang tidak dimiliki AI, yaitu empati dan kapasitas humanis," ujarnya.

Stella menegaskan bahwa langkah yang tepat di era AI adalah memastikan SDM Indonesia tetap mengedepankan humanity as the core: empati, kolaborasi, intuisi, dan evaluasi kritis. "Jika manusia hanya mencoba menjadi seperti AI, manusia akan kalah. Tapi jika manusia menguatkan kemampuan yang berbeda dari AI, manusia akan selalu unggul," ungkapnya.

Nisa Felicia menyoroti tantangan ketimpangan kualitas pendidikan dan pentingnya penguatan critical thinking, social-emotional skills, serta literasi digital yang bertanggung jawab. Ia menekankan bahwa pendidikan harus tetap humanis, inklusif, dan mampu melayani kebutuhan unik setiap anak.

Rektor Universitas Pradita Richardus Eko Indrajit menekankan bahwa kesiapan pendidikan untuk menghadapi era AI memerlukan dua aspek utama: ability dan willingness, kemampuan dan kemauan. Menurutnya, transformasi digital tidak hanya soal bisa menggunakan teknologi, tetapi juga soal kesiapan mental untuk berubah dan beradaptasi. 

Menurutnya, hi-tech harus selalu dibarengi dengan hi-touch. Guru tetap menjadi inti proses pembelajaran, terutama dalam deep learning dan mindful learning, yang membutuhkan hubungan antarmanusia, bukan sekadar pemrosesan data.

Diskusi sesi ketiga menegaskan bahwa teknologi bukan tujuan akhir, melainkan alat untuk memperkuat proses pendidikan, karakter, dan budaya bangsa dengan tetap menjadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai inti.

Di setiap awal sesi klaster dialog, para peserta disuguhi monolog pendek dari generasi muda berprestasi yang memberikan perspektif dan pandangan generasi muda di era kecerdasan artifisial. Hadir menyampaikan monolog Rajendra Verril Hafizha dari SMA Negeri 2 Tangerang Selatan, Athariq Alifcakra M dari Hanifa Islamic School, serta Pijar Manggala dari SD Kreativitas Anak Indonesia. Para pelajar ini memaparkan perspektif dan saran dalam pembangunan manusia dan kebudayaan di era kecerdasan artifisial.

Kontributor Foto:
Reporter: