GENJOT REVOLUSI MENTAL

Harus diakui, hingga kini mental terjajah masih bercokol, bagi sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, di mata dunia, Indonesia mulai dihormati dan disegani negara-negara lain. Kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) disusul dengan banyaknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang lahir di Bumi Pertiwi serta bisa banyak berbicara di kancah dunia membuat Indonesia semakin dipandang.

Oleh sebab itu, Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang digalakkan Presiden Jokowi sudah sangat tepat. Masyarakat Indonesia sudah harus mulai ‘melek’ dengan potensi yang dimiliki bangsa sendiri sehingga bisa menjadi bangsa yang maju dan besar di masa mendatang. Hal tersebut diungkapkan langsung Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandi. Dirinya menilai, mental inlander, hanya bisa dikikis bahkan dihapus dengan GNRM.

“Kita anak bangsa, terlebih para pemuda harus confidence. Bagaimana caranya, dengan giat belajar dan memahami potensi yang ada di dalam diri kita masing-masing. Memaksimalkan segala potensi yang kita punya dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Genjot etos kerja kita, berkolaborasi dan memiliki integritas. Perlahan, rasa minder itu akan hilang. Hasilnya, kita tidak akan lagi merasa lebih rendah dari bangsa lain,” beber dia.

Gandhi sepakat dengan apa yang dilontarkan Presiden Jokowi terkait bangsa Indonesia mulai dipandang dunia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam kerjasama bilateral dengan negara-negara di dunia. Artinya, keberadaan Indonesia di masa mendatang sangat berpeluang untuk besar dan maju. Namun, cita-cita luhur itu harus diawali de­ngan revolusi mental secara menyeluruh. “Kita harus sadar, kita bangsa yang besar, bangsa yang memiliki berbagai macam potensi yang bahkan tidak dimiliki oleh bangsa lain,” tegas dia. *

Indonesia Makin Dihargai, Dihormati dan Dipandang

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa posisi Indonesia makin dihargai, dihormati, dan dipandang oleh negara lain dalam kancah interna­sional. Hal tersebut dirasakan langsung oleh Presiden Joko Widodo saat melakukan perjalanan luar negeri ke tiga negara pada akhir Oktober hingga awal November lalu.

Saat menyampaikan sambutan pada peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-10 Partai Nasional Demokrat yang digelar di Auditorium Ki Hajar Dewantara, Kampus Akademi Bela Negara, Jakarta, Kamis, 11 November 2021, Presiden Jokowi menceritakan bahwa di Roma, Italia, ia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dan menerima tongkat estafet presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia. Setelahnya, Presiden Jokowi menghadiri KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia dan terakhir, Presiden menyambangi Persa­tuan Emirat Arab untuk memperkuat hubungan Indonesia dengan negara sahabat tersebut.

“Ada yang saya rasakan yang berbeda kalau dibandingkan dengan summit, dengan KTT-KTT sebelumnya, di pertemuan itu. Banyak sekali permintaan bilateral, banyak sekali permintaan pertemuan bilateral dari negara-negara lain yang hadir saat itu. Kemudian yang kedua, banyak sekali yang secara mendadak, baik waktu saya berdiri maupun saya duduk datang kepada saya dan itu adalah negara-negara besar. Kepala negara yang datang. Ini ada apa? Perbedaan itu yang saya rasakan,” ujar Presiden.

Dari lawatan luar negeri tersebut, Presiden menyebut bahwa yang lebih penting adalah Indonesia mendapatkan kehormatan dan kepercayaan untuk memegang keketuaan atau presidensi G20, mulai dari 1 Desember 2021 hingga awal November 2022. Dengan demikian, Indonesia juga akan menyelenggarakan KTT G20 dan sejumlah pertemuan internasional terkait lainnya.

“Selama satu tahun sejak 1 Desember nanti sampai pada awal November 2022 kita akan menyelenggarakan kurang lebih 150-an pertemuan baik urusan keuang­an, urusan iklim, urusan digital ekonomi, yang semuanya diselenggarakan di Indonesia. Juga perlu saya sampaikan, Indonesia adalah negara berkembang pertama yang menjadi presidensi G20,”  jelasnya.

Presiden menegaskan bahwa posisi strategis seperti ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepen­tingan nasional Indonesia. Apalagi, di tahun berikutnya Indonesia juga akan menerima tongkat estafet keketuaan ASEAN yang penyerahannya kemungkinan dilakukan di sekitar Oktober-November 2022.

“Indonesia adalah negara besar dengan sejarah besarnya dan kita ingin betul-betul sekali lagi kita manfaatkan ini untuk memengaruhi kebijakan-kebijakan dunia dalam rangka apapun,” imbuhnya.

Meski demikian, Kepala Negara merasa sedih karena posisi Indonesia yang makin dihargai, dihormati, dan dipandang oleh negara lain tersebut kadang justru di­kerdilkan di negara sendiri. Padahal, sebagai negara yang memegang keketuaan G20 dan ASEAN, mestinya warga negara Indonesia juga turut merasakan kehormatan itu.

“Saya juga ingin, kita semuanya juga ingin, warga negara kita ini juga dihormati, dihargai oleh warga negara lain di manapun WNI kita berada,” lanjutnya.

Mental inferior, mental inlander, dan mental terjajah, lanjut Jokowi, harus dihilangkan dan tidak boleh dipelihara. Presiden mengingatkan bahwa sebagai sebuah bangsa besar, Indonesia memiliki banyak penggalan sejarah kejayaan dari para pendahulu bangsa dan bahwa kemerdekaan Indonesia itu bukan sebuah hadiah melainkan hasil dari sebuah perjuangan panjang.

“Kita harus mulai membangun rasa percaya diri, rasa optimisme sebagai bangsa pemimpin. Jangan sampai kita kehilangan orientasi itu dan itulah yang dinamakan gerakan perubahan, gerakan restorasi, ya di situ. Mental inlander, mental terjajah, mental inferior itu jangan sampai enggak hilang-hilang sampai sekarang, jangan juga ada yang memelihara” tandasnya. *

Genjot Capaian GNRM 2020-2024

Pemerintah berkomitmen akan terus meningkatkan capaian program Gerakan Nasional Re­volusi Mental (GNRM) untuk tahun 2020-2024. Hal itu menyusul hasil evaluasi capaian program GNRM 2015-2019 yang dinilai telah cukup memenuhi target.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy me­ngatakan ada lima indikator program yang dapat menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam mencapai target GNRM 2015-2019.

Yaitu, capaian indikator program Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, ketiga Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Ge­­rak­an Indonesia Bersatu.

"Hasil evaluasi program revolusi mental tahun 2020, kita masih perlu kerja keras untuk mencapai target yang sudah kita lakukan bersama. Tapi apa yang sudah didapatkan hari ini bisa jadi modal untuk penyempurnaan program berikutnya," ujar Muhadjir saat memimpin Rapat Koordinasi GNRM 2020-2024 yang diselenggarakan secara virtual bersama sejumlah menteri, Selasa (10/11).

Ia menyebutkan beberapa capaian dari lima indikator program GNRM tahun 2015-2019. Pertama, capaian Gerakan Indonesia Melayani melalui perubahan rekrutmen Aparatur Sipil Negara berbasis Computer Based Test, peningkatan layanan dasar berbasis masyarakat, serta layanan publik berbasis online.

Kedua, capaian Gerakan Indonesia Bersih salah satunya mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), serta keberhasilan tata kelola lahan gambut untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan yang ditandai dengan 93,6% penurunan titik api.

Ketiga, capaian Gerakan Indonesia Tertib yakni sekitar 80% pengaduan masyarakat berhasil terselesaikan de­ngan memanfaatkan jaringan komunikasi elektronik. Keempat, capaian Gerakan Indonesia Mandiri dengan menghadirkan berbagai kemudahan akses ekonomi bagi masyarakat termasuk penyediaan modal kewirausahaan.

Kelima, capaian Gerakan Indonesia Bersatu yakni menjalankan pemerintahan berazaskan gotong-royong, meningkatnya kerukunan umat beragama, penangan­an berita hoaks, dan juga kolaborasi adat budaya di daerah.

"Terlepas dari hambatan pelaksanaan GNRM yang kita lakukan, Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) di 2018 sebesar 67,01. Ini yang harus dan akan terus kita tingkatkan pencapaiannya dengan melihat persepsi masyarakat untuk mendukung tercapainya lima dimensi GNRM," tutur Muhadjir.

Ia pun mengatakan bahwa Indonesia memiliki target jangka panjang di tahun 2045 untuk menjadi negara maju dan menjadi 5 besar negara dengan PDB terbesar di dunia. Untuk itu, tingkat kemiskinan diharapkan turun menjadi 0% dan gini rasio turun hingga 0,34. Selain itu, tahun 2036, Indonesia juga diharapkan mampu keluar dari middle income trap.

"Untuk mencapai target tersebut, pada RPJMN 2020-2024 ditetapkan 7 agenda pembangunan, dimana re­volusi mental masuk di dalamnya. ICRM tahun 2024 ditargetkan mencapai 74,3," ucap mantan Mendikbud tersebut.

Muhadjir memastikan GNRM berperan dalam pemba­ngunan manusia Indonesia yang berkualitas dan berkarakter. Hal itu untuk menjawab tantangan megatren dunia berupa demografi global, persaingan sumber daya alam, perubahan iklim, perkembangan teknologi, kenaikan kelas menengah, dan sebagainya.

Sejauh ini, capaian GNRM yang telah disampaikan Menko PMK kepada Presiden Jokowi per-April 2020 bahwa struktur Gugus Tugas Nasional sudah ditetapkan Kepmenko No. 20 Tahun 2020. Sedangkan pembentuk­an Gugus Tugas di kementerian/lembaga baru 8 dari 86 k/l (9,3%), Gugus Tugas di provinsi sudah 26 dari 34 provinsi (76,5%), dan Gugus Tugas di kabupaten/kota sudah 87 dari 314 kabupaten/kota (27,7%). **

Kontributor Foto: