Era Baru Pengobatan: Menko PMK Dorong Inovasi, Akses, dan Kolaborasi Global

KEMENKO PMK — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menekankan pentingnya inovasi medis, pemerataan akses, dan kerja sama global dalam menghadapi tantangan kesehatan respirasi dan imunologi. Hal itu disampaikan saat membuka Kongres ke-25 Asia Pacific Association of Allergy, Asthma, and Clinical Immunology (APAAACI) yang digelar di Jakarta pada Jumat (9/10/2025).

Dalam sambutannya, Menko PMK berbagi pengalaman pribadi sebagai pasien alergi debu yang memicu asma dan sinusitis, termasuk dua kali menjalani operasi sinus. Ia menekankan bahwa di balik setiap data kesehatan, selalu ada kisah manusia yang harus diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan layanan medis.

“Jika ditanya apa yang paling saya takuti, jawabannya jelas: karpet berdebu. Ini mungkin terdengar sederhana, bahkan lucu, tapi ilustrasi ini menunjukkan satu kebenaran mendalam: di balik setiap kondisi medis, ada cerita manusia,” ujar Pratikno.

Menko PMK menekankan bahwa transformasi dunia medis kini memasuki era baru, yang ditandai dengan personalized medicine, pemanfaatan digital health, terapi lanjutan, dan kecerdasan buatan. Menurutnya, inovasi ini tidak hanya mampu meningkatkan efektivitas pengobatan, tetapi juga memberikan peluang bagi pasien untuk terlibat langsung dalam pengelolaan kesehatannya.

“Personalized medicine memungkinkan perawatan yang disesuaikan dengan individu, digital health memberi pasien dan tenaga kesehatan informasi real-time, sementara terapi lanjutan dan AI membuka potensi baru untuk mencegah dan memprediksi penyakit,” jelas Pratikno.

Pemerintah Indonesia, kata Menko PMK, berkomitmen membangun ekosistem yang mendukung inovasi kesehatan melalui regulasi yang jelas, investasi pada ilmuwan dan tenaga kesehatan, serta memastikan manfaat inovasi dapat diakses seluruh lapisan masyarakat.

“Inovasi tanpa akses adalah janji yang tak terpenuhi. Kita harus membangun sistem kesehatan yang maju sekaligus adil,” tegasnya.

Menko PMK menegaskan bahwa tantangan kesehatan global menuntut kolaborasi lintas negara, berbagi data, penelitian bersama, harmonisasi regulasi, dan aksi kolektif menghadapi ancaman seperti perubahan iklim dan polusi udara.

“Tidak ada satu negara atau institusi pun yang mampu menyelesaikan masalah ini sendiri. Skala tantangannya menuntut kolaborasi global, berbagi pengetahuan, penelitian bersama, harmonisasi regulasi, dan aksi kolektif menghadapi ancaman seperti perubahan iklim,” ujarnya.

Ia menutup sambutannya dengan keyakinan bahwa para peserta kongres akan menjadi jembatan yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan kemanusiaan, dan secara resmi membuka Kongres APAAACI ke-25.

Kongres APAAACI ke-25 di Jakarta ini turut dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Azhar Jaya, Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata Vinsensius Jemadu; Presiden APAAACI Amir Hamzah Abdul Latif, serta para ilmuwan, peneliti, dan praktisi kesehatan dari berbagai negara.

Kontributor Foto:
Reporter: