4 Ormas Diharap Beri Dampak Nyata Gerakan Revolusi Mental

Tiga Tahun 4 ormas besar menjalankan peran aktif dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental. Sampai tahun 2024, perlu strategi khusus agar kegiatan tidak hanya fokus pada output namun lebih pada dampaknya.

Empat ormas besar sudah tiga tahun melakukan kerjasama dengan Kemenko PMK lewat Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Empat ormas itu adalah Nadhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan Forum Rektor Indonesia (FRI).

Bertempat di Aviary Hotel Bintaro, Tangerang Selatan, dalam acara Rapat Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Pusat Perubahan GNRM Melalui Partisipasi Masyarakat, Kamis (20/4), keempat ormas memastikan akan terus berkomitmen menjalankan peran aktif dalam GNRM. Terlebih di tahun 2022 ini, aksi nyata sebagai kegiatan utama akan lebih dikedepankan.

Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi dalam sambutannya menegaskan perlunya indentifikasi kegiatan-kegiatan apa saja yang pas dengan program aksi nyata GNRM untuk tahun ini.

Selain itu, Didik Suhardi mengkritisi pentingnya pengukuran kegiatan beserta dampak nyatanya.

“Semua harus terukur. Before dan after-nya langsung tampak. Dan lebih penting adalah dampak dari kegiatan atau aksi tersebut, “jelasnya di depan perwakilan keempat ormas tersebut.

Hal senada disampaikan pula oleh Ketua I Tim Ahli Gugus Tugas Nasional (GTN) GNRM, Ravik Karsidi. Menurutnya, kegiatan-kegiatan masih beroreintasi pada output, belum menekankan pada outcome atau dampaknya. “Untuk itu perlu membuat strategi khusus untuk pelaksanaan program sampai Tahun 2024 hingga hasilnya lebih terukur, “tutur Ravik Karsidi.

Hal ini diamini oleh anggota Tim Ahli GTN GNRM, Rumadi Ahmad. “Tahun 2021 ok lah masih ke output. Tahun 2022 harus berani ke outcomes. Kegiatan-kegiatan itu harus bisa dikenali dan ujungnya pengaruh capaian indeks revolusi mental, “tutur Rumadi.

Sementara itu, anggota Tim Ahli GTN GNRM yang lain yakni David Krisna dan Wahid Ridwan memberikan beberapa masukan untuk rencana kegiatan tahun 2022. “Ruang yang paling pas dan paling soft di seni budaya. Namun ruang kultural ini masih sepi di GNRM, “jelas David Krisna.

Hal ini dibenarkan juga oleh Wahid Ridwan dengan membandingkan kegiatan-kegiatan di tahun 2021. Perlu dicari lebih dalam variasi kegiatan dan mempunyai warna warna yang lebih berbeda pencapaian 5 dimensi GNRM dan 3 nilainya. Kita harus mencoba mencari formulasi yang bisa menjadi alternasi program, “tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Asisten Deputi Revolusi Mental, Katiman Kartowinomo juga mengingatkan pentingnya perluasan desiminasi program yang sudah dijalankan. “Kita punya gugus tugas di daerah, ada sekitar 300 an gugus tugas yang bisa diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan, “terang Katiman.

Ditambahkan, ormas dapat bekerja sama dengan pihak lain (pentahelix) sebagai wujud gotong royong sehingga GNRM dapat diimplementasi secara masif kepada seluruh anggota organisasi dengan membuat satu konsep kegiatan yang strategis dan melibatkan partisipasi masyarakat.

Hadir dalam rapat koordinasi kali ini, Ketua Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU), Chaerul Saleh Rasyid dan Wakil Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, HM Sofyan. Sementara dari PB PGRI diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (Wasekjen PB PGRI), Dudung Abdul Qodir. Sedangkan Forum Rektor Indonesia (FRI) diwakili oleh Wakil Ketua FRI, Maskuri M.

Kontributor Foto:
Reporter: