Jakarta (22/4) -- Berbicara soal ekonomi dan dunia pekerjaan, maka kebanyakan orang akan merujuk pada sosok yang sering dikaitkan sebagai tulang punggung perekonomian, yaitu laki-laki. Sementara, perempuan lebih sering dianggap sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi urusan domestik.
Perempuan diidentifikasi demikian karena berbagai hal. Seperti terhalang oleh stigma keluarga bahwa perempuan lebih cocok mengurus keluarga, serta nilai norma budaya. Padahal, perempuan juga memiliki daya serta kemampuan yang setara dengan laki-laki.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pasrtisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan tahun 2020 masih sekitar 53% dari populasi perempuan. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, namun persentasenya masih di bawah TPAK laki-laki tahun 2020 yang sebesar 83%.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Femmy Eka Kartika Putri mengatakan bahwa saat ini pemerintah terus berusaha meningkatkan kualitas perempuan sebagai perjuangan mewujudkan kesetaraan gender.
Khususnya di bidang ekonomi, Femmy membeberkan, saat ini pemerintah berupaya mendorong perempuan untuk terlibat aktif menjadi bagian roda perekonomian. Hal itu disampaikannya dalam Webinar Nasional Bertajuk Perempuan Kompeten Peran Ganda di Era Ekonomi Digital Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional, pada Kamis (22/4).
"Kami melakukan koordinasi dan sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mendorong perempuan Indonesia ikut andil dalam era revolusi industri 4.0. Di mana setiap hal dalam aspek kehidupan mengalami digitalisasi termasuk kegiatan ekonomi," ujarnya.
Femmy menuturkan, di masa pandemi Covid-19 banyak perempuan yang menggeluti usaha mikro kecil menengah (UMKM). Karena itu, imbuhnya, perempuan perlu melakukan perencanaan usaha yang baik.
Deputi Femmy mengatakan, perempuan harus siap bangkit mandiri secara ekonomi dan memanfaatkan momentum. Menurut dia, perempuan tidak hanya sebatas menjadi pelaku UMKM, justru bisa menciptakan lapangan kerja lebih luas lagi di era digitalisasi ini.
"Salah satu polanya adalah digital ekonomi. Perempuan Indonesia harus mempersiapkan diri untuk masuk di bidang digital ekonomi tersebut agar dapat berperan, dapat memanfaatkan untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya," ujarnya.
Peningkatan kualitas perempuan, tutur Femmy, tidak bisa didorong satu instansi saja. Tetapi harus bersinergi antar kementerian dan lembaga, serta sampai ke organisasi non pemerintah perlu mendukung peningkatan kualitas perempuan.
"Dan perempuan juga tidak boleh tinggal diam, tapi juga berkarya kemudian berkreasi dan berinovasi untuk peningkatan kualitas dirinya sendiri," pungkasnya.
Sebagai informasi, Webinar Nasional Bertajuk "Perempuan Kompeten Peran Ganda di Era Ekonomi Digital Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional" ini turut diisi oleh Menko PMK Muhadjir Effendy dan Menteri PPPA Bintang Puspayoga sebagai pembicara kunci.
Selain itu, webinar juga menghadirkan narasumber pejabat dari Kemenko Perekonomian, Kemenkop UKM, Permodalan Nasional Mandiri (PNM), dan BRI Danareksa Sekuritas.
Dalam webinar juga dibahas terkait akses perempuan dalam ekonomi digital, pengelolaan modal finansial dan modal sosial dalam berwirausaha, pentingnya dibangun ekosistem wirausaha untuk perempuan, dan perlunya perencanaan keuangan sejak muda.
Webinar ini diikuti oleh ratusan peserta yang antusias untuk memeroleh informasi terkait wirausaha perempuan.