Menko PMK Dorong Ragam Inovasi UNS Diproduksi Massal

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy

Surakarta (19/2) -- Pandemi Covid-19 tak selalu berdampak buruk. Jika dilihat dengan perspektif lain, masa pagebluk justru memiliki hikmah atau dampak positif. Misalnya saja banyak bermunculan inovasi-inovasi kesehatan yang dikembangkan oleh akademisi dan ilmuwan di Indonesia.

Seperti halnya yang dikembangkan oleh akademisi dan ilmuwan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah. Momentum pandemi berhasil mereka manfaatkan dengan menciptakan produk yang bisa membantu percepatan penanganan pandemi Covid-19.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berkesempatan melihat produk inovasi yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti dari UNS. 

Beberapa produk inovasi tersebut yakni robot perawat, kursi roda elektrik dengan kemudi, alat pelindung diri, ventilator, terapi plasmapheresis, dan obat herbal Curcuma Pro untuk meningkatkan imunitas. 

Menko Muhadjir sangat mengapresiasi produk yang dirintis oleh UNS. Menurutnya, UNS telah berhasil memanfaatkan masa sulit pandemi dengan membuat inovasi yang sangat berguna.

"Ini suatu karya monumental. Artinya UNS sudah berhasil mengambil segi positif dari wabah Covid-19 yang melanda Indonesia," kata Muhadjir saat berkunjung ke UNS (19/2). Ia melanjutkan setengah bercanda,  "Saya yakin kalau seandainya tidak ada Covid-19 belum tentu teman-teman UNS sesemangat ini membikin inovasi." 

Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, beberapa produk inovasi sudah layak untuk diproduksi masal. Seperti robot perawat, kursi roda elektrik, dan alat pelindung diri. Menurutnya,  produk yang dihasilkan sudah sangat baik.

"Sudah sangat bagus. Itu bisa langsung menjalin dengan produsen pabrik. Sehingga bisa diproduksi secara massal. Dan untuk izin produksi izin edar bisa direkomendasikan," tuturnya.

Sementara, imbuh Menko PMK, beberapa produk inovasi seperti mesin ventilator, terapi plasmapheresis, masih memerlukan uji klinis sampai memenuhi standar agar siap diproduksi secara masal. 

"Perlu ada uji klinis lebih lanjut sampai memenuhi standar Kemenkes dan bisa disupervisi dengan BPOM. Kalau sudah disetujui saya bisa merekomendasikan produksinya dan edarnya," jelas dia.

Muhadjir mengatakan, saat ini tugas pemerintah adalah mendorong akademisi dan peneliti dari perguruan tinggi untuk terus berinovasi. Selain itu, pemerintah juga mendorong industri nasional untuk mengedepankan inovasi-inovasi seperti yang dihasilkan UNS untuk menguasai pasar.

"Kita harus mendorong teman-teman dosen perguruan tinggi untuk terus melakukan riset pengembangan inovasi. Dan kita punya tanggung jawab untuk memastikan karya-karya itu bisa diadopsi oleh pasar, oleh masyarakat. Kita juga harus ada proteksi agar industri dalam negeri harus diutamakan," pungkasnya.

Kontributor Foto:
Reporter: