Menko PMK: Akademisi Memiliki Andil Besar dalam Pembangunan SDM Unggul

Menko PMK Menjadi Pembicara Kunci dalam Forum Diskusi Fakultas Ilmu Pendidikan-Jurusan Ilmu Pendidikan

KEMENKO PMK — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan akademisi memiliki andil besar dalam mendorong pembangunan manusia serta penguasaan teknologi yang menjadi salah satu pilar untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara kunci dalam Forum Fakultas Ilmu Pendidikan-Jurusan Ilmu Pendidikan yang digelar oleh Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta bertema “Transformasi Ilmu Pendidikan sebagai Landasan Utama Membangun Kualitas Sumber Daya Indonesia Unggul”, di The Alana Hotel Yogyakarta, pada Rabu (5/7).

“Perkembangan ilmu pendidikan sangat diharapkan bisa beradaptasi dengan situasi yang terus bergerak cepat. Ini perlu sebuah proses transformasi yang cepat, juga tepat untuk membangun kualitas sumber daya kita yang lebih unggul,” ujar Muhadjir.

Pada pertemuan forum dua tahunan itu, Muhadjir mengajak peran serta para akademisi untuk mengembangkan pola pendidikan yang tepat sesuai dengan kondisi masyarakat agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dengan negara-negara lain. Untuk mendukung itu, ia juga memaparkan desain besar siklus pembangunan manusia dan kebudayaan (siklus PMK) yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam membentuk pola pendidikan yang tepat itu.

“Ini (siklus PMK) sudah dirancang sedemikian rupa, sudah tersistem. Ini bisa menjadi bagian dari transformasi pendidikan,” imbuhnya sambil menunjuk desain besar siklus PMK.

Pada siklus tersebut, Muhadjir secara detail menjelaskan keenam fase mulai dari sektor yang paling hulu yaitu 1000 hari pertama kehidupan hingga sektor yang paling hilir masyarakat lansia. Turut dijelaskan juga upaya pemerintah dalam mengimplementasikan keenam fase tersebut, yang beberapa diantaranya adalah gerakan masyarakat sehat (Germas), sistem jaminan sosial nasional (SJSN), program bantuan sosial, gerakan revolusi mental dan pembangunan kebudayaan, serta penanggulangan bencana dan disabilitas.

“Semua Ini menurut saya juga bagian dari program pendidikan, karena pendidikan tidak hanya urusan mikroskopik saja, tetapi juga makroskopik. Perlu perluasan wawasan untuk mewujudkan ini,” kata Muhadjir.

Muhadjir juga turut memberikan semangat kepada para akademisi untuk tidak pantang menyerah dalam menyiapkan piranti yang kuat sebagai modal menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045. Hal itu disampaikan karena menurutnya menjadi ilmuan pendidikan itu tidak mudah karena memikul beban besar masa depan Indonesia di masa yang akan datang. Seiring dengan pernyataan itu, Muhadjir berkesempatan memberikan penganugerahan kepada para tokoh pendidikan sebanyak 17 Guru Besar yang telah memberikan kontribusi perkembangan keilmuan dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Nampak hadir dalam forum tersebut Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Sumaryanto, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Solehuddin, Rektor Universitas Negeri Gorontalo Eduart Wolok, dan Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Negeri Yogyakarta Suyanto. Hadir juga sejumlah pakar yang menjadi pembicara dalam forum itu, antara lain Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta Achmad Dardiri, Guru Besar University of Sydney David Evans, Guru Besar dari National Chiayi University Taiwan Kuo-Hung Huang, serta Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nunuk Suryani, dan Guru Besar Michigan State University Lyn Paine.

Sementara terdapat 444 peserta yang berasal dari pimpinan fakultas serta dosen bidang ilmu pendidikan, seperti Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Manado, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Padang, serta Universitas Negeri Medan.

Kontributor Foto:
Reporter: