KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum menyampaikan seluruh komponen masyarakat harus meningkatkan rasa kepedulian terhadap tumbuh kembang anak saat memasuki usia keemasan untuk menghindari dampak negatif perubahan iklim dan masifnya perkembangan teknologi digital.
Hal itu disampaikan saat membuka Webinar Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif dengan tema “Mendorong Ketangguhan Anak Usia Dini dari Risiko Perubahan Iklim dan Dunia Digital" yang diselenggarakan pada Rabu (31/7/2024).
“Anak-anak usia dini tengah memasuki “golden age”, usia keemasan, usia yang penuh peluang lebih baik dan lebih cepat untuk meniru, mencontoh, dan mengidentifikasi apa yang diajarkan, disampaikan dan diucapkan, serta dipraktikkan oleh kita sebagai orang dewasa. Mereka adalah peniru ulung yang harus diberi contoh baik agar terhidar dari dampak negatif perubahan iklim dan perkembangan teknologi,” ujar Deputi yang akrab dipanggil Lisa.
Lisa menjelaskan, perubahan iklim telah berdampak pada berbagai aspek dalam kehidupan anak-anak. Berdasarkan laporan BNPB tahun 2023, tercatat 8.491.288 orang, termasuk diantaranya anak-anak, menderita dan mengungsi sepanjang tahun 2023 karena kejadian bencana yang terjadi akibat bencana iklim.
Menurut Lisa, anak-anak selalu menjadi pihak yang menanggung beban ganda karena tumbuh dalam situasi yang mengancam. Pada saat yang sama anak-anak memiliki faktor–faktor yang membuatnya lebih rentan secara fisik, sosial, dan ekonomi dari pada orang dewasa.
“Dampak krisis iklim ini menjelaskan anak-anak menanggung beban yang berat dan tidak proporsional karena tumbuh dalam situasi yang mengancam dan rentan. Mereka kesulitan mengakses hak-haknya seperti layanan kesehatan, pendidikan, air bersih, perlindungan sosial dan sanitasi. Dengan demikian, krisis iklim adalah juga krisis hak-hak anak,” jelas Lisa.
Selain itu, Lisa mengatakan, dampak negatif dari transformasi digital juga harus menjadi perhatian masyarakat, termasuk etika dalam menggunakan media digital. Lisa menyebut, dampak negatif itu diantaranya berupa terjadinya penyebaran hoax, ujaran kebencian, konten pornografi, judi dan pinjaman online, serta konten negatif lainnya yang mengancam stabilitas ketahanan dan kesejahteraan keluarga serta mendorong perilaku beresiko pada anak-anak.
Gangguan kesehatan, lanjut Lisa, juga menghantui anak-anak yang terlalu sering bermain gawai, seperti kesehatan mata, punggung, hingga obesitas karena kurangnya bergerak. Efek kecanduan juga akan menimpa anak ketika terlalu sering bermain gim dan internet. Pada akhirnya, situasi ini turut berdampak pada kurangnya sosialisasi kepada orang sekitar.
“Transformasi digital harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat berdampak positif terhadap tumbuh kembang anak, karena banyak sekali dampak positif yang dapat kita rasakan, seperti peningkatan kemampuan, kreativitas, dan mengembangkan talenta. Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan sebagai wadah edukasi sehingga anak-anak kita dapat tumbuh dengan cerdas,” ucap Lisa.
Dalam agenda itu, Co-founder Dianesia Foundation dan pakar pengasuhan digital Nyi Mas Diane menjelaskan upaya preventif yang dapat dilakukan oleh para orang tua dalam melindungi anak-anak dari pengaruh negatif penggunaan media digital. Sementara, Founder Peri Bumi Yasmina Hasni juga menyampaikan sejumlah dampak perubahan iklim terhadap anak serta peran yang dapat dilakukan oleh para orang tua.
Di akhir sesi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Kemenko PMK Imron Rosadi menyimpulkan, menguatkan ketangguhan anak usia dini diperlukan upaya intervensi kebijakan di tingkat makro agar negara dapat terus mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik berupa anggaran, program, hingga ketersediaan sumber saya manusia.
Imron juga mengatakan, perlu tindakan bersama yang dapat dimulai dari kesadaran masing-masing individu yang disesuaikan dengan kapasitas masing-masing sehingga program perlindungan pada anak dapat berjalan secara berkesinambungan hingga dapat mencapai visi Indonesia Emas di tahun 2045.
“Tindakan bersama yang bisa kita lakukan yakni berbuat mulai dari diri sendiri sesuai dengan kapasitas masing-masing, di samping upaya pemerintah dalam melakukan intervensi kebijakan pada setiap sektor di tingkat makro. Sehingga kolaborasi ini akan berkesinambungan dengan harapan agar anak-anak usia dini kita dapat dibekali menghadapi masa depan lebih baik,” ujar Imron.
Webinar ini merupakan langkah kolaborasi antara Kemenko PMK dengan Koalisasi Nasional PAUD HI dalam rangka menyemarakkan Hari Anak Nasional ke-40 tahun 2024 dengan subtema “Pengasuhan di Era Digital”. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari konsistensi dan kesinambungan menyikapi isu perubahan iklim dan digitalisasi yang telah banyak berpengaruh kepada kondisi dan tumbuh kembang anak Indonesia.
Hadir dalam webinar tersebut lebih dari 400 peserta yang terdiri dari tim penggerak PKK Pusat dan penggerak PKK se-Indonesia, pengurus pusat dan pengurus HIMPAUDI di 34 provinsi, pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini se-Indonesia, bunda PAUD se-Indonesia, serta para kader BKB dan Posyandu.