Kemenko PMK Kampanyekan Peningkatan Kualitas Keluarga dengan "Satu Jam Tanpa Gawai”

KEMENKO PMK -- Dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional ke-31, Kementerian Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bekerja sama dengan SOS Children Villages menyelenggarakan kegiatan Seminar dan Kampanye ”Building Quality Time with Family: Gadget Free Hour” Membangun Waktu Berkualitas Bersama Keluarga: Satu Jam Tanpa Gawai), di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu (28/7/2024).

Acara ini bertujuan untuk mengajak keluarga menyediakan waktu berkualitas tanpa gangguan gawai atau gadget, demi membangun hubungan keluarga yang lebih erat di tengah tantangan era digital.

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum menyampaikan bahwa acara ini merupakan langkah strategis dalam upaya membangun keluarga yang berkualitas di tengah tantangan era digital saat ini.

Deputi yang akrab disapa Lisa itu menekankan, dengan meluangkan setidaknya satu jam setiap hari tanpa gadget, keluarga bisa melakukan berbagai aktivitas bersama yang memperkuat ikatan emosional dan mental anak-anak.

"Kita perlu mengarahkan penggunaan gawai dengan baik dan bijak, untuk menangkal dampak negatif seperti pornografi, judi online, dan kekerasan berbasis online," ujarnya.

Menurut data Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa penggunaan gawai di kalangan anak usia dini di Indonesia telah mencapai 38,92%. Angka ini mencakup pengguna anak berusia kurang dari 1 tahun sebanyak 6,78%, 0-4 tahun sebanyak 36,29% dan usia 5-6 tahun sebanyak 56,90%. Sementara anak usia dini yang bisa mengakses internet mencapai 32,17%.

"Kampanye "Satu Jam Tanpa Gawai" diharapkan dapat membantu orang tua dan anak untuk lebih sering berinteraksi secara langsung, memperkuat ikatan emosional, serta memungkinkan tumbuh kembang anak secara optimal," ujar Deputi Lisa.

Wali Kota Semarang yang diwakili oleh Plh. Sekretaris Daerah Kota Semarang, Mukhamad Khadhik dalam kesempatan yang sama, menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini sebagai upaya nyata untuk mengembalikan kehangatan dan keakraban dalam keluarga. Dengan kampanye ini, diharapkan orang tua dan anak-anak dapat kembali membangun quality time melalui berbagai aktivitas bersama.  

"Melalui kampanye 'Satu Jam Tanpa Gawai', saya mengajak seluruh masyarakat untuk menetapkan komitmen bersama untuk meluangkan waktu berkualitas dengan keluarga, seperti bermain bersama, berbicara, atau melakukan kegiatan kreatif lainnya," ungkapnya.

Seminar dan Kampanye dengan tema ”Building Quality Time with Family: Gadget Free Hour” (Membangun Waktu Berkualitas Bersama Keluarga: Satu Jam Tanpa Gawai) menghadirkan beberapa narasumber dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang.

Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang Anton Siswartono mengatakan dampak negatif gadget yang sudah dirasakan hingga pasca pandemi. Bahkan menurutnya, di Kota Semarang ditemukan beberapa kasus akibat anak kecanduan gadget hingga dirawat di rumah sakit jiwa.

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) serta Rumah Sakit Jiwa Daerah, untuk memberikan pendampingan, konseling, dan penanganan yang tepat kepada anak-anak yang terkena dampak negatif dari penggunaan gawai. Ia menyoroti bahwa gadget telah mengurangi komunikasi langsung dalam keluarga, yang berdampak pada kualitas hubungan antar individu dalam satu keluarga.

"Dengan adanya kampanye ini, kami berharap dapat menjaga keharmonisan keluarga, meningkatkan kualitas interaksi sosial, serta mendukung perkembangan anak-anak menjadi generasi unggul di masa depan," ujar Anton Siswantoro.

Direktur Bina Keluarga Balita & Anak BKKBN, Irma Ardiana juga menekankan pentingnya pengasuhan berbasis hak anak dan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan secara bijak dalam parenting. “Diharapkan Pemerintah Daerah Kota Semarang dapat memfasilitasi program pengasuhan seperti Bina Keluarga Balita, BKR, BKL. Dan kita dari BKKBN  dapat memfasilitasi dalam bentuk sarana Kit  yang merupakan media untuk pembelajaran,” ujarnya.

Perwakilan Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KPPPA menambahkan bahwa pengasuhan yang baik akan membantu mencegah kasus perkawinan anak dan masalah kesehatan mental pada anak dan remaja. Orang tua diharapkan menjadi model yang baik bagi anak-anaknya.

Selain itu, SOS Children Villages, Muhamad Chaerul Ichsan melalui program Sports for Development (S4D) menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung perkembangan karakter anak melalui olahraga. Program ini bertujuan untuk mendorong inklusi sosial, mengajarkan keterampilan hidup, menggali talenta individu dan memperkuat ikatan keluarga melalui kegiatan berbasis olahraga.

Menutup sesi seminar, Asisten Deputi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Kemenko PMK, Mustikorini Indrijatiningrum menekankan pentingnya keluarga untuk meluangkan waktu yang lebih banyak bersama anak-anak dengan aktifitas positif. Selama 1 jam tanpa gawai dapat diisi dengan olah raga, makan bersama keluarga, diskusi dan kegiatan untuk menumbuhkan kreatifitas dan menggali talenta anak serta kegiatan lain untuk memperkuat ”bonding” atau kelekatan ikatan emosional antar anggota keluarga terjalin dengan baik.  Kampanye ini agar didukung semua pihak dan terus digaungkan serta dilaksanakan tidak hanya saat ini tetapi berkelanjutan.

"Kampanye ini diharapkan dapat menginspirasi keluarga-keluarga di Indonesia untuk lebih peduli terhadap pengasuhan anak dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak di era digitalisasi. Keluarga Berkualitas menuju Indonesia Emas," ungkap Mustikorini. (*)

Kontributor Foto:
Editor :
Reporter: