KEMENKO PMK — Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Tanoto Foundation menyelenggarakan International Symposium on Early Childhood Education and Development (ECED) di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta, pada Rabu (20/11/2024).
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, yang hadir mewakili Menko PMK membuka kegiatan diskusi. Dalam sambutannya ia menekankan bahwa periode 2025-2029 akan menjadi tonggak penting dalam implementasi Rencana Aksi Nasional (RAN) PAUD HI. Menurutnya, PAUD HI merupakan strategi untuk memutus rantai kemiskinan dan menciptakan generasi masa depan yang unggul.
Menteri Arifah juga menekankan pentingnya literasi kepada orang tua mengenai penggunaan gadget secara bijak dan kolaborasi antara lembaga, organisasi masyarakat, serta petugas lapangan dalam pelaksanaan program.
Forum diskusi ini menjadi momen penting yang menghadirkan berbagai kementerian, lembaga, akademisi, dan praktisi, untuk memperkuat komitmen bersama dalam PAUD HI.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, yang lebih akrab disapa Lisa ini, menegaskan perlunya memperkuat konsep PAUD HI dengan mempertimbangkan isu-isu terkini seperti perubahan iklim dan dampak teknologi, termasuk penggunaan gadget pada anak.
“Tindak lanjut dari forum ini adalah menguatkan konsep PAUD HI. Tidak hanya melihat dari lima komponen nurturing care framework, tetapi juga bagaimana kita menyikapi tantangan seperti climate change dan dampak teknologi terhadap anak di era digital ini,” jelas Deputi Lisa.
Ia menekankan perlunya rebranding PAUD HI untuk membedakan dengan konsep PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) agar perbedaan konsep ini lebih dipahami hingga ke daerah. Deputi Lisa juga menegaskan pendekatan siklus hidup perlu menjadi acuan dalam menyiapkan konsep PAUD HI yang baru, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan esensial anak sesuai tahapan kehidupan anak usia dini. Selain iu, penting untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dengan kementerian dan lembaga terkait maupun pihak-pihak non pemerintah, untuk memastikan layanan yang sudah ada dapat saling terhubung dengan baik.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas juga menggarisbawahi pentingnya investasi dalam perkembangan anak usia dini, termasuk isu gizi dan kesehatan. Pemerintah saat ini sedang menyiapkan RPJMN 2025-2029 dengan PAUD HI sebagai isu penting di dalamnya.
Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya peran komunitas dalam mendukung tumbuh kembang anak. Ia mengutip pepatah, "It takes a village to raise a child," yang menggambarkan betapa besar kontribusi kolektif masyarakat dalam membangun ekosistem yang mendukung perkembangan anak.
“lnvestasi pada anak usia dini sangat penting karena menjadi kunci masa depan yang tangguh dan maju dan investasi strategis untuk Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya.
Nina Sardjunani selaku ECED Council menegaskan bahwa investasi PAUD HI tidak hanya berkaitan dengan pembangunan manusia, tetapi juga menjadi kunci untuk memutus rantai kemiskinan. “Yang ingin kita tingkatkan adalah capability atau potensi dari manusia kecil itu sejak dalam kandungan hingga usia delapan tahun. ECED menjadi faktor utama memastikan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan baik, karena dengan kemampuan otak, IQ yang tinggi, serta berbagai kecerdasan lainnya, anak-anak dapat mengembangkan potensi terbaik mereka,” ungkap Nina.
Simposium ini juga menghadirkan narasumber seperti Lubna Bhatti dari WHO Indonesia, Maria Endang Sumiwi dari Kementerian Kesehatan, serta sejumlah ahli lainnya yang membahas topik-topik terkait pengasuhan responsif, kesehatan, kesempatan belajar, gizi, dan keselamatan anak.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, simposium ini diharapkan menjadi langkah maju dalam memperkuat PAUD HI sebagai fondasi penting bagi pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan.
Turut hadir dalam acara ini Chief of Education UNICEF Indonesia Katheryn Bennett, Social Policy Specialist UNICEF Indonesia, serta akademisi dan praktisi di bidang Pengembangan Anak Usia Dini. (*)