Kejar dan Raih Kemuliaan Ramadan

Jakarta (13/4) -- Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menyampaikan ceramah pada kultum Ramadan usai salat zuhur di kantor Kemenko PMK, pada Selasa, (13/4).

Deputi Agus dalam ceramahnya menyampaikann bahwa bulan suci Ramadan bukan hanya melaksanakan puasa untuk menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Tetapi puasa sebagai ajang penyucian diri dan pembersih jiwa.

"Juga menjernihkannya dari pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang rendah. Tentu saja tidak sekedar diartikan secara harfiah hanya menjaga untuk menahan lapar, haus, dan hawa nafsu," tuturnya.

Agus menjelaskan, puasa merupakan ajang untuk menjaga integritas, baik dalam taat melaksanakan ibadah kepada Allah, maupun integritas terhadap sesama manusia.

"Mestinya melalui ibadah puasa ini kita mampu mengambil hikmah tertinggi. Atas dasar keimanan kita, kita menegakan keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui. Kita jadikan ibadah setiap bulan Ramadan ini sebagai upaya untuk terus menjaga integritas. Satu karakter yang akhir-akhir ini mulai hilang. Mudah diucapkan tetapi sulit diterapkan," jelasnya.

Agus Sartono mengatakan, dengan mendasarkan diri dan meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui setiap langkah kita, maka hidup kita, pikiran, ucapan, dan tindakan akan semakin lebih baik.

"Saya selalu mengatakan bahwa hidup ini menjadi meaningless manakala kita mengorbankan integritas. Tidak berintegritas sama halnya tidak berakhlak," imbuhnya.

*Kejar dan Raih Kemuliaan Ramadan

Agus menyampaikan, di bulan Ramadan, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Namun, banyak orang gagal mendapatkan kemuliaannya.

Deputi Agus memaparkan beberapa hal yang membuat gagal mendapatkan kemuliaan Ramadan.  

Pertama, kurang melakukan persiapan di bulan Syaban. Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Syaban sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. 

Persiapan yang lain juga meminta maaf kepada kedua orang tua, meminta maaf kepada suami atau istri dan tetangga, dan perbanyak istigfar untuk selalu membersihkan diri dan hati. 

"Karena pada dasarnya puasa merupakan media untuk pembersihan hati. Ingat jika segumpal daging dalam tubuh rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Oleh sebab itu kita perlu selalu menjaga kebersihan hati. 

Kedua, gampang mengulur salat fardhu. Agus menyampaikan, orang yang berpuasa tetapi melalaikan salat fardhu, maka dia adalah orang yang sangat merugi.

Agus menyampaikan ayat Al-Qur'an surat Maryam ayat 59: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih”.

Ketiga, malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah salat malam. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadahibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih. 

"Kita mesti memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini karena kita tidak pernah tahu apakah tahun depan kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk berjumpa dengan bulan yang penuh nikmat ini," pesan Agus.

Keempat, kikir dan rakus pada harta benda, takut rugi jika mengeluarkan banyak Infaq dan shadaqah adalah tandanya. Menurut Agus, salah satu sasaran utama puasa agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan.

"Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya. Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan," tuturnya.

Kelima, malas membaca Al-Qur'an. Ramadan juga disebut Syahrul Qur'an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadan untuk membaca Al-Quran. 

"Ramadan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Quran sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci," imbuh Agus.

Keenam, gemar bicara sia-sia dan dusta. Agus mengatakan, orang yang berpuasa menahan haus dan lapar tetapi tidak meninggalkan ucapan dusta dan sia-sia maka puasa yang dilakukan juga sia-sia belaka. Kesempatan Ramadan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. 

"Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia. Dalam kontek kekinian, hindari dari keikutsertaan penyebaran hoax, karena akan merugikan kita sendiri. Selain itu akan merusak tali silaturahmi antar umat dan bahkan bias merusak persatuan atau kohesi sosial," jelasnya.

Ketujuh, memutuskan tali silaturrahim. Agus menyampaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan suci jni, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya". 

Agus menerangkan, puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta. Orang yang berpuasa jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu. 

"Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan," katanya.

Kedelapan, tidak mencintai kaum dhuafa. Bulan Ramadan merupakan bulan kasih sayang. Di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra.

Karena itu, Agus mengatakan, momentum bulan Ramadan menjadi ajang untuk menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat, seperti Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kekurangan. 

"Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti kitaperlu segera instrospeksi," sebutnya.

Deputi Agus Sartono juga menyampaikan amanat agar di bulan Ramadan ini senantiasa memohon kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan berprasangka baik bahwa Allah akan mengambulkan permohonan kita. 

"Marilah juga kita selalu memohon agar terus dipertemukan dengan romadhon yang akan datang. Aamiin Allahuma aamiin," pungkasnya.

Sebagai informasi, menyambut bulan suci Ramadan 1442 Hijriah, Kemenko PMK menyelenggarakan kegiatan kultum usai salat zuhur di Masjid Nurussalam Kemenko PMK.
Kegiatan kultum usai salat zuhur ini akan digelar sepanjang bulan Ramadan dan diisi oleh penceramah serta jamaah dari lingkup Kemenko PMK. 

Kontributor Foto:
Reporter: