Pentingnya Pendidikan Usia Dini dalam Pembentukan Karakter Anak

Deputi Lisa: Dongeng Metode Terbaik Untuk Tanamkan Pancasila Sejak Dini
 
KEMENKO PMK --  Deputi Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum menegaskan bahwa pembangunan manusia harus dimulai sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan.

Deputi yang akrab disapa Lisa itu menerangkan, pembangunan manusia perlu dilakukan sejak dini untuk memastikan terbentuknya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Menurutnya anak usia dini adalah priode yang sangat penting dalam siklus kehidupan manusia karena merupakan “golden age” atau usia keemasan.

"Mereka pada usia yang cepat untuk meniru, mencontoh dan mengidentifikasi apa yang diajarkan, disampaikan dan diucapkan serta dipraktikkan oleh kita sebagai orang dewasa" ujarnya dalam sambutan pada acara peringatan Hari Anak Nasional ke-40 tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), pada Senin (29/7/2024).

Deputi Lisa menjelaskan, di usia dini  pertumbuhan otak sangat cepat dan akan sangat mudah menyerap berbagai informasi dan meniru berbagai perilaku yang mereka temui. Karenanya, orang dewasa dan orang tua adalah role model , suri teladan bagi anak-anak usia dini ini.

"Mereka adalah peniru ulung dari apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang dewasa yang dekat dengan kehidupan mereka sehari hari," ungkapnya.

"Karena itu, pembentukan karakter bagi anak-anak akan sangat efektif dilakukan sejak usia dini untuk dapat menghasilkan SDM yang berkualitas," imbuh Lisa.

Pada kesempatan tersebut Deputi Lisa mengapresiasi upaya Himpaudi yang memilih media dan metode mendongeng untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada anak usia dini, termasuk juga kepada orang dewasa. Menurutnya banyak sekali kegunaan dan manfaat mendongeng ini bagi anak. Mendongeng dapat Meningkatkan Daya Imajinasi, mengakselerasi Pembentukan Karakter Anak.

"Metode dongeng dapat meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas pikiran serta mempertajam rasa anak-anak usia dini, mengolah jiwa mereka secara lebih baik," ungkapnya.

Lebih lanjut, menurut Lisa, mendongeng juga menjadi media dan metode efektif untuk mengajarkan Budi Pekerti, nilai dan norma-norma mulia yang terkandung dalam Pancasila dan ajaran moral budaya Bangsa Indonesia, menumbuhkembangkan empati, melatih sensitivitas  atau kepekaan  anak-anak

"Nantinya akan tertanam terus nilai-nilai Pancasila yang didongengkan dan kelak ketika anak-anak itu beranjak dewasa, akan mempengaruhi dan mewarnai sikap, perilaku dan kepribadiannya" ucapnya

"Karena dalam mendongeng berbagai kisah kehidupan dan contoh nyata disampaikan kepada anak-anak dan diajarkan bagaimmana anak-anak itu menyikapi dan meresponnya" ujar Lisa.

Lebih lanjut disampaikan Lisa  dalam tataran praktis, pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar, yang meliputi: 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3) jujur; 4) hormat dan santun; 5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama; 6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; 7) keadilan dan kepemimpinan; 8) baik dan rendah hati; 9) toleransi, cinta damai dan persatuan. Karakter dasar ini sangat sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

"Peran para pendidik PAUD menjadi penting untuk menanamkan nilai-nilai penting dalam membentuk karakter anak Indonesia yang Pancasilais sebagai bekal mereka nantinya dalam mengisi pembangunan Indonesia," ungkapnya.

Ketua Umum PP HIMPAUDI, Betty Nuraini,  menambahkan bahwa melalui dongeng ini, jendela dunia imajinasi anak-anak akan terbuka, dan karakter mereka akan terbentuk melalui cerita yang penuh warna dan pesan moral. Ini akan memperkuat nilai-nilai Pancasila sejak dini kepada generasi penerus bangsa.

"Harapannya, anak-anak kita pada saat generasi emas mampu bersaing di kancah global dan memiliki kekuatan karakter," ujar Ketua PP Himpaudi yang biasa disapa Popo Betty.

Popo Betty juga menyatakan bahwa tujuan acara ini adalah untuk memperkuat profil pelajar Pancasila. "Kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang tidak hanya bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa tetapi juga memiliki akhlak yang baik, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, serta menghargai keberagaman dalam bingkai kebhinekaan global," tambahnya.

Acara ini merupakan rangkaian perayaan HUT ke-19 HIMPAUDI dan salam rangka memperingati Hari Anak Nasional ke-40 tahun 2024 yang diselenggarakan secara daring dan diikuti oleh pengurus HIMPAUDI, pendidik, tenaga kependidikan, serta anak usia dini di 34 provinsi di seluruh Indonesia. (*)

Kontributor Foto:
Editor :
Reporter: