Pemerintah Siapkan Strategi di Bidang Pendidikan Hadapi Perkembangan Kecerdasan Buatan

KEMENKO PMK -- Beberapa tahun terakhir telah terjadi kemajuan pesat di bidang teknologi digital, salah satunya termasuk kecerdasan buatan (AI). Kecerdasan buatan dan teknologi digital ini juga kemungkinan berdampak pada pasar tenaga kerja. 

Sehingga, Internasional Labour Organization (ILO) Country Office for Indonesia and Timor-Leste menyelenggarakan diskusi panel yang khusus membahas peran penting Teknologi Digital dan AI serta kontribusinya dalam mencapai Indonesia Emas 2045.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Warsito menyampaikan, saat ini Indonesia sedang berkembang pesat menjadi negara digital terutama dalam bidang pendidikan. 

Hal ini disampaikan Deputi Warsito saat menjadi Key Panelist dalam acara Artificial Intelligence and Implication on The Indonesian Labour Market Forum, yang dilaksanakan di Pullman Hotel Jakarta pada Kamis, (20/6/2024) .

"Indonesia saat ini berkembang pesat dalam dunia digital terutama di bidang pendidikan. Untuk itu pemerintah memiliki 5 pilar dasar, dimana nantinya aspek tersebut akan menjadikan Negara Indonesia menjadi negara bangsa digital, dengan tiga parameter, yaitu digital government, digital society, dan digital economics," ujar Warsito.

Warsito menyampaikan, untuk menyesuaikan perkembangan digital, pemerintah memiliki 5 pilar dasar di bidang pendidikan terkait digital yaitu: regulasi dan pengendalian, infrastruktur, sumber daya manusia, teknologi, dan penguatan riset.

Deputi Warsito juga menyampaikan bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak bisa dihindari di kehidupan saat ini. Pemerintah harus memikirkan berbagai cara dan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebagai info, lulusan perguruan tinggi bidang Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) di Indonesia masih rendah, yaitu 18,87%; Sebagai perbandingan, Malaysia mencapai 37,19%, Singapura 34,30%, dan India 31,41%.

Lebih lanjut Warsito mengatakan, pada tahun 2023 Kemendikbudristek telah meluncurkan strategi kurikulum yang dikenal sebagai Kurikulum Merdeka Belajar. Strategi ini bertujuan untuk memberikan kebebasan guru untuk memilih dan menyesuaikan alat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan di suatu lembaga, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan lebih mendalam dan memperkuat kompetensi mereka sesuai dengan kebutuhan dan minat belajarnya.

"Tahun 2023, Kemendikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka Belajar dimana guru memiliki kebebasan terutama di dalam alat pembelajaran sehingga para siswa dapat memperkuat kompetensi mereka sesuai kebutuhan, termasuk tren AI ini," ujar Warsito.

Indonesia saat ini memiliki lebih dari 4 (empat) ribu universitas, dimana 50 persen lebih menawarkan program terkait teknologi informasi atau kecerdasan buatan. Program studi informatika atau komputer selalu masuk dalam 5 besar program studi terpopuler bagi calon mahasiswa, di semua universitas.

Di sesi akhir diskusi  Deputi Warsito mengaskan agar para guru dan pelatih di sekolah dapat ditingkatkan kualitasnya terutama dalam perkembangan dunia teknologi untuk menghadapi tren kecerdasan buatan (AI).

"Saya berharap kualitas guru dan trainer di sekolah atau di lembaga pelatihan juga diminta untuk upgrade agar bisa menghadapi tren AI," tutup Warsito.

Pada acara ini hadir juga sebagai Panelis; Sekretaris Jendral Kemenaker, Direktur Urusan Pemerintahan Microsoft Indonesia dan Brunei Darussalam, dan Direktur Kepatuhan dan SDM Bank Mandiri. (*)

Kontributor Foto:
Editor :
Reporter: