KEMENKO PMK — Teknologi informasi, internet, dan media sosial berkembang semakin pesat hingga saat ini. Berbagai informasi mudah dijangkau hingga membanjiri ruang publik, termasuk oleh kalangan generasi muda, khususnya anak-anak dan remaja.
Sayangnya, tidak semua konten yang beredar di dunia maya berisi hal baik. Informasi negatif bahkan hoax atau misinformasi sangat mudah diakses dan viral. Kondisi ini mengharuskan anak-anak dan remaja wajib dijaga dari paparan informasi negatif agar cita-cita mewujudkan generasi emas Indonesia dapat tercapai dengan baik.
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Warsito menyampaikan, membangun karakter keluarga perlu merujuk pada upaya K.H. Ahmad Dahlan dalam membangun pusat pendidikan melalui empat pilar utama, yakni keluarga, sekolah, lingkungan, dan tempat ibadah.
“Keluarga adalah pilar, benteng pertama, dan tameng menghadapi gempuran arus informasi sehingga dapat membentuk karakter anak yang akan menjadi kader bangsa di masa depan,” ujar Warsito pada Seminar Nasional bertema “Transformasi Digital: Peran Penting Keluarga dalam Membangun Karakter Bangsa” di Aula Heritage, Kemenko PMK (25/7/2024).
Warsito menambahkan, seiring dengan perubahan zaman dan transformasi teknologi informasi yang begitu cepat, nilai-nilai strategis Revolusi Mental yang berupa integritas, etos kerja, dan gotong royong akan terus relevan dan dibutuhkan untuk membangun karakter bangsa yang tangguh.
“Keluarga adalah pendidikan pertama anak-anak untuk lahir dan tumbuh berkembang karena interaksi terbanyak anak-anak berada di lingkungan keluarga, terlebih pada kondisi anak yang masif mengakses teknologi digital. Pengawasan keluarga akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter terhadap anak,” imbuh Warsito.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum menyampaikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepertiga anak-anak usia dini yang berkisar pada umur 0-6 tahun telah aktif menggunakan gawai yang menjadi celah untuk mengakses berbagai informasi di dunia maya. Kondisi ini mengharuskan para orang tua untuk dapat dengan bijak memberikan metode pengasuhan yang baik kepada anak.
“Kondisi ini menjadi keprihatinan kita. Kita harus semakin waspada. Anak-anak kita sudah menjadi digital native, mereka lahir sudah bersandingan dengan teknologi. Apalagi seperempat hari mereka digunakan di depan internet. Para orang tua harus bijak dan memberi pengasuhan untuk membangun karakter individu-individu yang ada di dalam keluarga,” ujar Woro.
Woro juga mengatakan, Kemenko PMK telah melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk dapat mencegah ketergantungan anak terhadap penggunaan gawai, seperti program pendampingan yang dilakukan oleh BKKBN melalui Bina Keluarga Balita dan Forum Generasi Berencana, serta bersama Kementerian PPPA dengan menggagas Program Forum Anak Nasuonal.
“Kita melakukan pendampingan, beberapa diantaranya seperti BKKBN. Mereka punya Bina Keluarga Balita yang membekali pendampingan keluarga yang bertugas menginformasikan kepada keluarga tentang bahaya gawai bagi anak, pendekatan melalui teman-teman anak muda, seperti Forum Generasi Berencana dan di Kementerian PPPA juga mempunyai forum anak yang menjadi peer-counselor dengan rekan sebayanya,” ungkap Woro.
Seperti diketahui keluarga memiliki peran sentral menjaga lingkungan, membimbing, dan mengawasi anak. Begitu juga dukungan lingkungan, pendidikan, dan masyarakat luas akan sangat berpengaruh pada proses pembentukan karakter yang berintegritas dan kuat sebagaimana tujuan dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yakni menginternalisasi nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong pada individu, keluarga, dan masyarakat.
Seminar yang diselenggarakan oleh Kedeputian Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga bekerjasama dengan Kedeputian Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda ini menghadirkan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Kominfo Bambang Dwi Anggono dengan materi transformasi digital dalam membangun ketahanan keluarga, Direktur Pembangunan dan Pengembangan Sistem Informasi ASN, Badan Kepegawaian Negara Jumiati, dengan materi menangkal dampak negatif media sosial terhadap ketahanan keluarga dan karakter ASN.
Selain itu, hadir juga I Putu Arya Aditia Utama selaku perwakilan dari Youth Development GenRe Indonesia dengan materi pemanfaatan teknologi untuk pembentukan karakter generasi muda, Elly Farida selaku Pokja Bunda PAUD dengan materi strategi memperkuat ketahanan keluarga di era digitalisasi, serta Melly Kiong selaku penggerak keluarga yang memaparkan materi aksi nyata atau praktik baik revolusi mental dalam Program Bebenah. Adapun didapuk sebagai penanggap pada seminar ini adalah Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana.
Seminar ke tiga ini merupakan bagian dari rangkaian acara Gelar Karya Revolusi Mental yang bertujuan memperkuat nilai dan spirit Revolusi Mental dengan langsung menyampaikan praktik baik dan aksi nyata di masyarakat. Sebelumnya telah dilaksanakan dua kali seminar yang mengangkat tema: Orkestrasi Vokasi di Era Revolusi Industri 4.0 pada bulan April, dan Revolusi Mental dalam Tata Kelola Pemerintahan Yang Adaptif Menuju Indonesia Emas 2045 pada bulan Juni.