INDONESIA BUTUH 500 POLITEKNIK

Oleh : Agus Sartono
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK

Human capital merupakan faktor penting kemajuan sebuah negara. Kualitas sumber daya manusia (SDM) akan menentukan mampu tidaknya sebuah negara bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Itu sebabnya pemerintah memprioritaskan pembangunan SDM dalam lima tahun ke depan.

Indonesia yang sedang dimanjakan dengan tumbuhnya penduduk usia produktif tak lagi terlena begitu saja, terlebih dunia tengah memasuki arus perubahan besar industri keempat. Tanpa kualitas yang memadai, SDM Indonesia akan tertinggal dibanding negara-negara lain. Gejala tersebut saat ini sudah mulai terasa dari gelombang masuk tenaga kerja asing.

Meskipun pembangunan infrastruktur Indonesia terbilang masif, tapi kalau SDM tidak berkembang, bukan mustahil warga pribumi akan menjadi penonton di negeri sendiri. Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah telah memiliki beberapa strategi agar SDM Indonesia dapat memenangkan persaingan di masa depan. Salah satunya dengan memperbesar kapasitas perguruan tinggi. Kalau kapasitas lembaga perguruan tinggi tidak diperbesar, selama itu pula kita akan menghadapi persoalan yang sama, walaupun pemerintahan atau presiden berganti 10 kali.

Angkatan kerja baru juga terus mengalir deras dengan tingkat pendidikan formal selevel SMA. Saya berpandangan, dengan kondisi seperti itu, produktivitas nasional kita pasti kalah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara karena angkatan kerja mereka berpendidikan tinggi.

ASEAN itu sudah menjadi single community. Harusnya, SDM kita yang membanjiri ASEAN dengan skill yang bagus, bukan yang malah dibanjiri dari luar. Masih sering masyarakat berpikir, kenapa Indonesia tidak malu mengekspor penduduknya jadi buruh? Kalau punya skill, dia tenaga kerja mahal. Warga India, Filipina, Thailand, membanjiri negara-negara lain. Tidak ada masalah, toh, uangnya pun dikirim ke negara mereka.

Biar lebih jelas, jumlah angkatan kerja kita itu besar. Untuk perguruan tinggi, setiap tahun menghasilkan 1,3 juta lulusan. Di level pendidikan menengah, setiap tahun itu ada sekitar 3,7 juta lulusan SMA/SMK/MA. Sebanyak 1,9 juta masuk perguruan tinggi, sisanya masuk lapangan kerja. Selama 10 tahun terakhir, data ini tidak berubah. Berarti ada 3,1 juta pencari kerja baru setiap tahun dan lebih banyak yang lulusan SMA. Padahal, yang kita sedang hadapi sekarang era industri 4.0.

Di era industri 4.0, banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang karena digantikan dengan kecerdasan buatan dan internet. Di masa lampau, 1 persen pertumbuhan ekonomi dari berbagai aktivitas investasi bisa menyerap sekitar 200 ribu pekerja baru. Sekarang, 1 persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan lapangan kerja sekitar 75 ribu. Bisa dibayangkan kalau ada 3,1 juta orang, berapa persen ekonomi harus tumbuh? Namun, juga tumbuh jenis bidang pekerjaan baru. Di sinilah yang harus diisi dengan kualitas SDM yang mumpuni.

Kendati, secara kuantitatif, perguruan tinggi kita sebenarnya sudah banyak dibandingkan negara sebesar, seperti Tiongkok, sayangnya, kapasitas perguruan tinggi kita kecil-kecil dan tidak fokus. Di berbagai kesempatan, saya sering katakan bahwa yang perlu diperbesar yaitu kapasitas pendidikan tinggi di bidang vokasi, yakni politeknik kejuruan yang menghasilkan keterampilan.

Kita harus memperbesar kapasitas pendidikan tinggi dengan membuka politeknik baru. Saya membayangkan ada 500 politeknik baru selama lima tahun ke depan. Memang akan mahal, tapi ini investasi jangka panjang. Kalau tidak dilakukan, kita selamanya akan menghadapi persoalan tadi, yakni low leader skill yang kita punya.

Akan tetapi, membangun politeknik juga harus mempertimbangkan masalah lokasi. Politeknik dibangun di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pada masa lampau dikenal sebagai pusat kawasan industri maupun kawasan industri baru, contohnya seperti di Morowali. Di Morowali itu investornya orang Tiongkok, kita minta mereka membangun politeknik dan mereka sudah membangunnya.

Nah, dengan adanya shelter di situ, industri feronikel akan berkembang. Dengan berdirinya politeknik di situ, kualitas SDM di Morowali akan meningkat. Sebentar lagi, mobil listrik tumbuh dan suplai baterainya juga dari situ. Politeknik bisa juga digunakan untuk pengembangan baterai.

5 Ribu SMK

Selain pendirian politeknik, kita juga akan fokus membenahi SMK untuk menampung sebagian yang tidak tertampung di politeknik tadi. Oleh sebab itu, kita akan fokus pada 5 ribu SMK selama lima tahun ke depan. Saat ini, kita mempunyai 14 ribu SMK. Dari jumlah itu, sekitar 7 ribu diantaranya hanya punya murid kurang dari 200 orang, lalu ada tiga jurusan, dipastikan SMK seperti ini tidak punya laboratorium, tidak punya tempat praktikum karena membuat tempat praktikum itu mahal. Kalau tidak pernah praktik, mereka hanya tahu teori. Oleh sebab itu, kita fokus mendirikan 5 ribu SMK dengan jumlah murid yang banyak.

Sejak 2015 lalu, pengembangan SMK industri sudah dimulai bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Nantinya, satu SMK dikerjasamakan dengan perusahaan agar siswa-siswanya bisa magang. Jadi sebenarnya, program itu sudah berjalan tetapi belum semua anak SMK bisa ikut magang dan inilah tantangannya. Kita harus mengetuk pintu industri agar anak-anak tersebut bisa magang, bukan hanya anak-anak SMK saja, melainkan juga untuk anak-anak politeknik.

Intinya, pemerintah sadar betul bahwa akses kepada pendidikan tinggi tidak bisa dibiarkan begitu saja. Oleh sebab itu, pemerintah mendesain atau yang disebut KIP Kuliah menyusul keberhasilan KIP yang telah terbukti selama lima tahun pemerintahan Presiden Jokowi.

Dorongan terhadap politeknik karena setidaknya tingkat kesulitan tes masuk yang tidak sesulit perguruan tinggi lain. Selain itu, soal lapangan pekerjaan, lulusan politeknik umumnya bisa langsung bekerja dan memiliki gaji yang bagus. Sementara untuk bidang yang akan difokuskan yaitu bidang makanan dan minuman karena Indonesia mempunyai pasar yang besar dengan penduduk 290 juta. Lalu empat bidang utama lainnya yaitu tekstil, elektronik, kimia, otomotif. Selain itu pariwisata, konduktor, dan listrik.