Gotong Royong dan Kedermawanan Berperan Terbesar Atasi Pandemi

KEMENKO PMK -- Sambatan atau aktivitas gotong-royong yang sering dilakukan warga pedesaan yang ada di daerah-daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, serta daerah lain seluruh Indonesia sangat tepat diaplikasikan dalam upaya menangani pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Seluruh elemen pentahelix mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, kelompok masyarakat madani, dan juga media massa bahu-membahu melakukan berbagai hal untuk bisa melawan serangan Covid-19 yang telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa sejak awal dalam penanganan Covid-19 di Indonesia telah memiliki konsep implementasi dari gotong-royong melalui pendekatan pentahelix.

“Jadi lima kekuatan (pentahelix) itulah yang selama ini terbukti bisa saling bahu-membahu, saling kait-mengait menyukseskan penanganan Covid-19. Karena itu, saya dengan rendah hati mengatakan bahwa peranan negara bukan satu-satunya, bahkan hanya sekitar 20% saja dalam upaya kita menangani Covid-19 ini. Dan sisanya merupakan peranan dari kelompok-kelompok masyarakat dan peranan-peranan strategis yang sangat mendukung,” ujarnya saat menjadi narasumber Indonesia Town Hall di Metro TV, Jakarta, Senin (29/11).

Muhadjir mengungkapkan bahwa gotong-royong atau seperti sambatan memang telah lama mengakar dan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, bukan hanya di daerah Jawa melainkan seluruh wilayah di penjuru negeri.

Apalagi, pada dasarnya, keberadaan gotong-royong tidak lepas dari falsafah Bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Gotong-royong meliputi makna dari lima sila yaitu spirit ketuhanan, keberpihakan pada sisi kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan demi mencapai keadilan sosial.

“Jadi sebetulnya kita akan tahu makna yang sangat strategis gotong-royong ini ketika kita menghadapi pandemi dan kalau kita membanding dengan apa yang dilakukan oleh negara-negara yang tidak memiliki jiwa gotong-royong, tidak berdasar Pancasila,” ucap Menko PMK.

Keyakinan bahwa gotong-royong merupakan kunci sukses Indonesia dalam berjuang melawan pandemi juga diamini seluruh narasumber yang hadir pada acara yang berlangsung live dari Studio Metro TV tersebut. Yakni, Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid, Menko Polhukam Mahfud MD, Menkominfo Johnny G Plate, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. M. Fadil Imran, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Ketum PB IDI Daeng M Faqih, Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali, CEO Kitabisa.com M. Alfatih Timur, serta hadir daring Inisiator Gerakan Sambatan Jogja Rimawan Pradiptyo.

Pada kesempatan tersebut, CEO Kitabisa.com M. Alfatih Timur mempertegas bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia menurut Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021. Salah satu yang menjadikan negara dengan penduduk hampir 280 juta jiwa itu dinilai paling dermawan ialah karena sifat kegotong-royongan masyarakat.

“Ada tiga indikator yang menjadikan Indonesia negara paling dermawan. Satu, masyarakat paling suka berdonasi. Kalau di Kitabisa.com yang sifatnya bottom up, mereka melihat masalah, mereka analisa, mereka bikin penggalangan dana, mereka kumpulkan, mereka implementasi sendiri. Ada lebih dari 3 juta orang baik tahun ini. Dua yaitu kerelawanan. Kita ingat waktu oksigen kurang itu WA grup ramai sekali, sosial media juga. Tiga, membantu orang tidak dikenal,”tutur Alfatih.

Seraya menimpali, Menko PMK kembali menambahkan bahwa selain modal gotong-royong yang harus terus dibudayakan dan dilestarikan, sikap empati juga mesti dibangun untuk dapat menggerakkan hati dalam membantu sesama. 

“Kita ingat bahwa begitu pandemi selesai bukan berarti semuanya berakhir. Kita harus mengejar ketertinggalan kita untuk pemulihan ekonomi. Tantangan-tantangan pemulihan ekonomi ke depan jauh lebih rawan dari sebelumnya karena kita sudah berhadapan dengan bonus demografi,” kata Muhadjir.

Hadapi Varian Baru

Sementara itu, imbuhnya, tantangan munculnya varian baru dari Covid-19 yang mulai melanda beberapa negara juga patut menjadi ancaman. Berbekal pengalaman menghadapi varian Delta sebelumnya, Indonesia harus lebih siap.

“Kita kan sudah punya pengalaman dalam menghadapi varian Delta. Dengan adanya varian Delta itu juga banyak hikmah misalnya sekarang kondisi faskes kita sangat bagus, ketersediaan oksigen kita sangat baik, kemudian tenaga medis kita juga lebih siap. Jadi banyak hikmah yang kita petik juga dari wabah,” tandas mantan Mendikbud tersebut.

Lebih lagi, berdasarkan survei Kemendagri, rata-rata tingkat imunitas masyarakat sudah sangat tinggi mencapai 90% terutama di kota-kota besar. Artinya, masyarakat sudah cukup kebal menghadapi Covid-19.

“Tetapi memang yang kita khawatirkan kalau varian baru ini nanti bisa menghabisi kekebalan-kekebalan yang sudah didapat itu. Ini yang kita waspadai. Tadi saat rapat, Pak Presiden sudah menugaskan khusus ke Pak Menkes untuk betul-betul memantau varian baru ini bahkan meminta agar di-update per-hari,” sambung Menko PMK. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: