Gerakan Revolusi Mental Harus Inklusif dan Berkelanjutan

JAKARTA (02/02/2022), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.  Berkenaan dengan itu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mulai melakukan penyusunan RPJMN Tahun 2025-2029 dan RPJPN Tahun 2025-2045.

Tahun 2045, genap 100 tahun Indonesia merdeka. Bagaimana rancang bangun masyarakat Indonesia akan terwujud di tahun Indonesia emas itu? Revolusi mental dan pembangunan manusia merupakan pilar utama dari dalam pembangunan peradaban bangsa. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi kala membuka Rapat Pembahasan Isu-isu Strategis Revolusi Mental pada RPJPN 2025-2045.

Ada beberapa isu strategis misal tumpulnya toleransi, moralitas, intoleransi, dan sebagainya. Bahkan secara global meningkatnya gangguan mental akibat teknologi menjadi masalah besar,” terang Didik

Hal ini diamini oleh Prasetijono Widjojo, anggota Tim Ahli Gugus Tugas Nasional (GTN) Gerakan Nasional Revolusi Mental. Ditegaskannya, sangat mendesak untuk merancang keberlanjutan GNRM menuju Indonesia Emas 2045.

“Agen utama dalam pembangunan manusia dan kebudayaan adalah pendidikan. Dengan demikian perlu dipersiapkan apa dan bagaimana revolusi mental masuk dalam kurikulum pendidikan, apa sasarannya, dan sebagainya,” urai Prasetijono seraya menandaskan isu strategis percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem dengan aksi nyata revolusi mental dengan program peningkatan pendapatan masyarakat juga sangat relevan.

Isu strategis menyangkut pendidikan ini juga didukung oleh  Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Amich Alhumami yang hadir secara daring.

“Kami sudah menginvetarisasikan isu-isu strategis revolusi mental, karena revolusi mental bisa dilakukan di jalur pendidikan, di jalan kebudayaan, jalan politik dan hukum. Ada 5 sistem berlapis pendukungnya juga yakni sistem pendidikan, sistem kebudayaan, sosial kemasyarakatan, politik dan birokrasi, serta hukum,” urai Amich

Soal pendidikan karakter menjadi sorotan Tim Ahli GTN GNRM, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid. Ditegaskan Alissa, pembangunan karakter penting, tapi pembangunan orang per orang tidak lepas dari budaya yang ada. Survei Nenilai kerja sama dengan Bappenas yang diikuti 50 ribu responden memetakan 3 nilai-nilai budaya yakni nilai-nilai pribadi, nilai-nilai budaya saat ini, dan nilai-nilai budaya yang diharapkan ke depan.

“Nah mereka berbenturan dengan nilai-nilai budaya yang ada saat ini, misal birokrasi yang berbelit-belit. Untuk itu responden berharap ada nilai-nilai budaya yang lebih baik ke depan. Jadi di sini, revolusi mental bisa diharapkan sebagai social and culture engineering, kerja-kerja konsolidasi, gotong royong misal antara GNRM dan BerAKHLAK harus ada,” urai Alissa.

“Anak sehat, cerdas, dan berkarakter, karakter sering dilupakan. Pancasilaisnya juga ketinggalan. semoga pendidikan karakter ini tidak ketinggalan saat dibuat matriks-matriks pembangunan. Lantas bagaimana membuat program bisa sustainable. Desainnya harus kuat dulu, saya berharap dalam RPJMN dan RPJPN, GNRM tetap ada,” pungkas Alissa.

Tim ahli  GTN GNRM lainnya, Miranda Risang Ayu Palar menyorot pentingnya kajian mendalam terkait GNRM harus dilegalkan dimana ada instrumen hukum yang sifatnya menerus. “Masyarakat kita ini gak bisa implisit, harus eksplisit.  Jadi revolusi mental selayaknya masuk dalam rancangan pembangunan agar juga tetap dipakai oleh pemerintahan selanjutnya,” urai Miranda.

Dalam kesempatan itu,   Pdt. Dr. Jacky Manuputty dan David Krisna Alka yang juga bagian dari tim ahli GTN GNRM juga memberikan sedikit pandangan. “Partisipasi publik sebagai gerakan kebudayaan GNRM saangat penting dan perlu diperhatikan. Hal itu bakal membawa kebanggaan kolektif. Pembahasan isu-isu strategis untuk RPJMN dan RPJPN harus didahulukan,” tegas Jacky diamini David Krisna.

Pembahasan kali itu ditutup dengan kesimpulan yang diringkas oleh Prof. Dr. Ravik Karsidi sebagai Ketua Tim Ahli GTN GNRM. “Ada beberapa pokok yang perlu ditegaskan yakni bahwa GNRM harus inklusif dan berkelanjutan. Sifatnya juga harus adaptif dan kontekstual. Apakah dimungkinkan kita melakukan redefinisi nilai-nilai dasar dan sebagainya, kalau diredefinisi maka program-program akan berkembang atau berubah,” pungkasnya memungkinkan akan ada pembahasan untuk mematangkan isu-isu strategis revolusi mental bagi perencanaan pembangunan. 

Kontributor Foto:
Reporter: