KEMENKO PMK -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menghadiri kegiatan puncak acara Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) tahun 2023 dengan tema “Tingkatkan Ketangguhan Desa, Kurangi Risiko Bencana” yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Pendopo Kecamatan Karang Binangun, Lamongan, Jawa Timur pada Selasa (16/5). Muhadjir menyampaikan pentingnya melakukan siap-siaga dengan sungguh-sungguh dan terukur agar dapat mengurangi risiko akibat bencana yang terjadi.
Muhadjir mengingatkan bahwa kesungguhan masyarakat dalam memitigasi setiap potensi bencana dengan merujuk pada Surat Al-baqarah ayat 30. Selepas membacakan ayat Al-qur’an tersebut, Muhadjir menjelaskan bahwa manusia ditugaskan oleh Allah SWT ke bumi untuk menjadi khalifah yang dapat merawat dan menjaga keutuhan muka bumi.
“Kalau kita belajar di dalam Al-qur’an Surat Al-baqarah yang saya baca tadi, yang tidak kalah penting itu sebetulnya ulah tangan manusia yang membuat bencana itu terjadi, bahkan sekarang ini menurut saya 70% bencana di dunia ini adalah oleh ulah tangan manusia,” ucap Muhadjir.
Muhadjir menerangkan bahwa di dalam ayat Al-qur’an tersebut terdapat dialog antara Allah dengan para malaikat yang melakukan protes terhadap pengutusan manusia karena hanya akan merusak bumi. Menurut Muhadjir, manusia perlu belajar tentang peringatan dari malaikat karena pada kenyataannya banyak kerusakan yang disebabkan oleh manusia akibat dari pembangunan yang tidak memperhitungkan risiko alam yang matang.
“Manusia perlu belajar dari peringatan malaikat, karena banyak sekali kerusakan di muka bumi ini akibat tangan manusia, akibat ulah manusia, sering berkedok pembangunan, tetapi justru kerusakannya yang harus dibayar jangka panjang,” tutur Muhadjir.
Secara tegas, Muhadjir bahkan memberikan pesan kepada para pejabat dan pimpinan daerah yang memiliki wilayah dengan risiko tinggi bencana untuk berhati-hati ketika hendak mengambil keputusan dalam pembangunan. Menurutnya, pembangunan yang dilakukan jangan sampai merusak ekosistem alam di area tersebut. Para pejabat dan pimpinan daerah diminta perlu melakukan kajian yang matang dan menggunakan hati nurani dalam setiap kebijakan.
“Tidak hanya berangkat dengan akal, tetapi juga nurani. Kalau sudah kita kembali kepada nurani itu artinya kita bicara tentang kemanusiaan, kalau kita sudah bicara kemanusiaan, maka kita sudah tidak boleh melihat sekat-sekat agama, partai, etnis, atau kemarin dia milih saya atau tidak. Kalau masih ada pejabat berpikiran begitu, maka itu bagian yang dikhawatirkan oleh malaikat di dalam Al-quran tadi. Pasti ujung-ujungnya akan buat kerusakan,” tegas Muhadjir.
Pada kesempatan itu, Muhadjir juga turut meminta agar siap-siaga bencana dilakukan secara spesifik berdasarkan wilayah dan potensi bencana yang akan terjadi. Sehingga edukasi yang diberikan dapat lebih tertanam di masyarakat. Termasuk diantaranya adalah memasukkan kurikulum kebencanaan ke dalam sekolah-sekolah yang perlu langsung menjelaskan kondisi dan potensi bencana yang dapat terjadi di area sekitar tempat tinggal siswa.
“Kalau bicara tentang bantaran sungai Bengawan Solo, maka itu pasti soal banjir. Jadi penyadarannya, edukasinya, konsentrasinya tidak usah panjang-panjang menceritakan tentang gunung meletus dan lain-lain, tetapi banjir saja,” kata Muhadjir.
Muhadjir menuturkan upaya kesiapsiagaan bencana ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar nantinya semua infrastruktur penunjang dapat diutamakan. Oleh sebab itu, upaya memberikan bantuan terhadap wilayah tinggi risiko bencana telah dilakukan jauh-jauh hari. Hal ini diharapkan agar meminimalisir kerugian, baik dari segi korban manusia maupun material.
“Marilah bertindak sebagai wakil Allah sebagai dzat pemeilihara. Itu tugas kita semua. Saya yakin melalui hari siap-siaga nasional ini akan tumbuh kesadaran bahwa kita adalah rakyat Indonesia yang harus menjaga NKRI, bukan hanya keutuhannya, tetapi juga semakin terhindari dari bencana yang merusak. Bencana boleh, tetapi jangan sampai terjadi kerusakan sangat fatal yang menyebabkan Indonesia tidak maju-maju,” pungkas Muhadjir.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto turut menyampaikan bahwa acara puncak kegiatan HKB ini dilakukan di dua provinsi secara serentak di tujuh kabupaten/kota yang berada di Provinsi jawa Tengah dan Jawa Timur dengan melibatkan 2.950 warga. Suharyanto menerangkan terdapat rangkaian agenda pada kegiatan tersebut, antara lain Sarasehan Masyarakat Sungai yang menghadiran para pelaku sungai di seluruh Indonesia, simulasi evakuasi yang dilakukan secara live streaming di tujuh kabupaten/kota, serta launching video pembelajaran “Desa Tangguh Bencana” dan “Panduan Rencana Kontijensi berbasis Anak”, dan buku “Masyarakat Sungai Bertutur”. Selanjutnya terdapat agenda penanaman pohon secara serentak di tujuh kabupaten/kota serta ditutup dengan panggung hiburan rakyat di Lamongan.
“Tahun ini kita laksanakan untuk wilayah area Sungai. Pada tahun 2022 kita laksanakan untuk masyarakat gunung. Harapannya ketika dicanangkan hari kesiapsiagaan untuk masyarakat sungai, khususnya untuk masyarakat di area Bengawan Solo dampak bencana banjir yang kemungkinan terjadi bisa diminimalisir, sebagaimana dulu di area gunung,” ucap Suharyanto.
Turut hadir dalam agenda tersebut, antara lain Anggota Komisi 8 DPR RI Ina Ammania, Sekda Jawa Timur Adhy Karyono, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, perwakilan dari kementerian dan lembaga terkait, Kepala BPBD di 34 Provinsi, perwakilan NGO/INGO, perwakilan sejumlah lembaga usaha, serta para Bupati dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang hadir secara daring.