Belajar dari China: Merancang Ekosistem Vokasi yang Tangguh dan Terintegrasi

KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kemenko PMK, Ojat Darojat, yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Tim Koordinasi Nasional Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (TKNV), melakukan kunjungan kerja ke sejumlah lembaga pendidikan dan industri di Wuhan, China, pada Kamis (15/5/2025). Sejumlah industri yang dikunjungi merupakan perusahaan yang telah berinvestasi di Indonesia.

Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat dan mengembangkan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi antara Indonesia dan China. Sekaligus menjadi tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara China-Indonesia TVET Industry-Education Alliance (CITIEA) dan Forum Direktur Politeknik Negeri Indonesia (FDPNI) yang berlangsung pada 28 November 2024 di Kemenko PMK.

Mengawali rangkaian kunjungan, Deputi Ojat bertemu dengan HOPE International, sebuah lembaga konsultan pendidikan internasional yang ditunjuk oleh Pemerintah China untuk menjembatani kolaborasi antara industri dan lembaga pendidikan. HOPE International telah berhasil menghubungkan sejumlah industri China dengan institusi pendidikan vokasi di Indonesia dalam menyiapkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Selain kunjungan ke kampus, juga digelar pertemuan yang membahas capaian kerja sama dan strategi pengembangan ke depan. Dalam pertemuan tersebut, HOPE International bersama President Liuzhou Polytechnic University (LZPU) memaparkan berbagai hasil kolaborasi yang telah dijalankan dengan beberapa politeknik negeri di Indonesia, rencana pengembangan program lanjutan, serta tantangan yang dihadapi.

Deputi Ojat menegaskan bahwa dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, perguruan tinggi vokasi perlu semakin adaptif dan responsif terhadap kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

“Pendidikan vokasi harus menjadi jembatan yang kokoh antara kampus dan industri. Kampus tidak bisa lagi bekerja sendiri, harus menjadi bagian dari ekosistem industri,” ujarnya.

Lebih lanjut, Deputi Ojat menekankan pentingnya peran pemerintah daerah melalui penguatan Tim Koordinasi Daerah Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (TKDV) agar pelaksanaan program ini dapat lebih terarah dan berdampak nyata di lapangan.

“Daerah memiliki posisi strategis dalam menggerakkan sinergi antara pendidikan vokasi dan industri lokal. TKDV harus jadi motor penggerak di wilayah masing-masing,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, yang menyatakan komitmennya untuk meninjau ulang sejumlah regulasi yang dinilai menghambat fleksibilitas perguruan tinggi vokasi dalam menjalin kemitraan dengan industri.

Sebelumnya, pada 12 Mei 2025, Asisten Deputi Riset, Teknologi, dan Kemitraan Industri Kemenko PMK, Katiman, juga mengunjungi kampus LZPU. Kunjungan ini memberikan gambaran langsung tentang praktik kemitraan strategis antara kampus dan industri di China. Dalam kegiatan tersebut, peserta berkesempatan mengikuti workshop yang difasilitasi oleh mitra industri, sekaligus berdiskusi mengenai pendekatan-pendekatan yang dilakukan LZPU dalam membangun kolaborasi yang kuat dan berkelanjutan.

LZPU merupakan salah satu politeknik terbaik di China yang kini menjadi pusat unggulan dalam penyiapan SDM dan riset untuk industri besar seperti Wuling dan Liugong. Pengalaman dan praktik baik dari China ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penguatan pendidikan vokasi di Indonesia yang lebih adaptif dan terintegrasi dengan kebutuhan industri.

Kontributor Foto:
Reporter: