Menko PMK Ajak Mahasiswa Edukasi Peniadaan Mudik

JAKARTA (15/4) -- Kebijakan peniadaan mudik yang ditetapkan pemerintah untuk tahun ini masih menuai perdebatan di sejumlah kalangan terutama masyarakat awam. Mahasiswa diajak turut terlibat untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kebijakan peniadaan mudik.

 

Hal itu seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat menjadi narasumber kegiatan Safari Ilmu di Bulan Ramadan (Samudra) 1442 H yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada melalui daring, Kamis (15/4).

 

"Saya meminta bantuan adik-adik (mahasiswa) untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya menaati peniadaan mudik karena risiko dan target untuk menekan penyebaran Covid-19," ujar Menko PMK.

 

Ia menjelaskan bahwa dalam kaidah fikih, menghindari atau mencegah kerusakan itu lebih diutamakan dari sesuatu yang dikira berfaedah. Sama halnya, mencegah mudik lebih diutamakan ketimbang membiarkan Covid-19 semakin merajalela.

 

Tak dinafikkan, berdasarkan pengalaman beberapa kali libur panjang sebelumnya, angka kasus Covid-19 selalu meningkat drastis. Begitupun angka kematian akibat Covid-19 juga mengalami kenaikan signifikan bahkan angka kematian di Indonesia saat ini masih sebesar 2,72% atau di atas rata-rata dunia 2,18%.

 

"Coba bayangkan kalau mudik dibolehkan dengan risiko kematian yang sangat tinggi. Toh mudik itu kan intinya ziarah dan silaturahmi dan itu sunah, tapi kalau Covid-19 tidak bisa ditawar penyebarannya," tutur Muhadjir.

 

Menurutnya, mudik itu penting dan mungkin tidak ada masyarakat yang tidak ingin mudik karena itu merupakan bagian dari tradisi. Akan tetapi, yang lebih utama adalah mementingkan keselamatan bersama dari bahaya Covid-19.

 

"Saya kalau ditanya ingin mudik tentu saja karena ini bagian dari tradisi. Tapi demi kepentingan yang lebih besar, demi keselamatan bangsa ini, marilah kita dukung bersama-sama peniadaan mudik," ucap Menko PMK. 

Kontributor Foto:
Reporter: