Anak usia sekolah dan remaja telah menjadi prioritas Pembangunan karena mereka adalah penentu keberhasilan pembangunan pada masa yang akan datang. Dalam upaya implementasi Permenko PMK No.1 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR) Kemenko PMK didukung World Food Program (WFP) mengembangkan Desain Uji coba Model Gizi Anak Sekolah Dasar Terintegrasi sebagai upaya peningkatan gizi anak sekolah. Upaya ini merupakan salah satu implementasi dari Strategi RAN PIJAR Khususnya Strategi 2 yakni Peningkatan Gizi dan Pelayanan Kesehatan.
Di Indonesia saat ini ada sejumlah 24.1 juta anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) yang merupakan bagian dari peserta didik wajib belajar Sembilan tahun. Mereka ini adalah bayi dan anak balita pada tahun 2013 -2018, yang dimasa itu sepertiganya mengalami stunting yaitu dengan prevalensi stunting balita 30,8 % pada tahun 2018 dan 37,2% pada tahun 2013. Dari 55,6 juta anak usia 7-18 tahun di Indonesia, terdapat 51 juta (91%) anak yang terdaftar di sekolah dan paling banyak adalah kelompok dari Sekolah Dasar terdapat 52%. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 sebanyak 46,6 % anak usia sekolah mengalami anemia.
Untuk meningkatkan gizi anak sekolah dasar, sekaligus dalam rangka menyambut Hari Gizi Nasional (HGN) ke 64 Tahun 2024, akan dikembangkan Desain Uji Coba Model Gizi Anak Sekolah Dasar Terintegrasi. Pilot project kegiatan ini akan berlangsung di 3 Kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Kabupaten Kupang NTT, dan Tana Toraja Sulawesi Selatan. Hal tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK Jelsi Natalia Marampa, dalam sambutan Workshop Lokakarya Pengembangan Desain Uji Coba Model Gizi Anak Sekolah Dasar Terintegrasi di Kabupaten Pasuruan tanggal 17 Januari 2024 di Pendopo Nyawiji Ngesti Wenganing Gusti Pasuruan, yang dihadiri oleh Bupati Pasuruan beserta kepala OPD terkait, Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK Jelsi Natalia Marampa, WFP School Nutrition Activity Nikendarti Gandini, Pakar Gizi dari IPB Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Dr. Nia Nurhasana PDM XI Kemendikbutristek, beserta Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan mitra lainnya.
Jelsi menyampaikan “Kegiatan ini merupakan Kerjasama Kemenko PMK dengan WFP dalam pencapaian Strategi 2 RAN PIJAR yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak usia sekolah, yang salah satu strateginya adalah perluasan akses pelayanan gizi dan kesehatan anak sekolah dasar”
Metode kegiatan ini yaitu dengan pengembangan desain dan uji coba model gizi anak SD terintegrasi dengan pendekatan berbasis sekolah dan keluarga. Perbaikan perilaku makan dan gaya hidup sehat melalui edukasi gizi di sekolah serta di tingkat masyarakat sangat penting untuk mengurangi permasalahan gizi dan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat pada usia selanjutnya. Status gizi anak sekolah berdampak pada kesehatan, kekurangan atau kelebihan gizi pada usia balita dan usia anak sekolah dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif anak.
“Implementasi nyata di lapangan sangat diperlukan sebagai tindak lanjut dari diskusi pada lokakarya pada hari ini, sehingga akan diperoleh rekomendasi dan dapat diimplementasikan secara nyata di lapangan dan dapat dijadikan Role model untuk Daerah yang lain” ucap Jelsi
Sementara itu Pj Bupati Pasuruan Andriyanto memaparkan, data hasil benchmarking diketahui bahwa masalah stunting ditemukan titik berat pada komitmen pemimpin daerah dan perilaku kesehatan, gizi dan makan. Oleh karena itu, pertemuan hari ini sangat penting untuk mendapatkan rekomendasi terkait model gizi anak sekolah terintegrasi dan bagaimana formulasi yang dapat dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan beserta OPD.
Pada kesempatan ini turut hadir PDM XI Kemendikbutristek Dr. Nia Nurhasanah, juga menyampaikan “Gerakan sekolah sehat dalam upaya peningkatan gizi anak sekolah dasar fokus pada perubahan perilaku yang dimulai dari kegiatan sederhana dan berkelanjutan sehingga menjadi pembiasaan disekolah melalui sehat gizi, sehat fisik, dan sehat imunisasi”
Cakupan Kampanye Sekolah Sehat di seluruh jenjang Pendidikan, yang berjumlah 436.498 satuan Pendidikan, dan 53.049.920 siswa. Pendekatan pendidikan gizi bagi anak sekolah dapat dilakukan melalui sekolah (UKS), dan atau melalui keluarga (misalnya melalui kelompok P2K2 dari PKH) atau saluran lain yang menyasar orang tua.
“Melihat program yang sudah banyak dilaksanakan di Pasuruan, perlu juga penguatan regulasi di sekolah yang masih membutuhkan penguatan dan mudah diaplikasikan” hal tersebut juga disampaikan oleh Pakar Gizi ITB Prof. Hardinsyah dalam acara lokakarya tersebut.
Ditambahkannya, peningkatan kapasitas juga dapat menjadi opsi lain untuk dapat meningkatkan edukasi gizi di sekolah, dan ada banyak model lain yang dapat diputuskan oleh Pasuruan untuk implementasi terbaik. Serta perlu juga untuk menjajaki kerjasama dengan Mitra, Perguruan Tinggi untuk berkolaborasi dan mempercepat implementasi hasil uji coba model gizi anak Sekolah Dasar.
Diharapkan Pemda melalui Bappelitbangda dapat melakukan rapat koordinasi, menindaklanjuti, mendampingi dan mengawal serta melakukan monitoring evaluasi secara berkelanjutan bersama forum / tim Pijar sehingga ada perubahan perilaku dan perbaikan gizi sesuai target yang dari Indikator, program dan kegiatan RAN PIJAR.
Anak Usia Sekolah Dasar dan Remaja menjadi perhatian dan prioritas dalam pembangunan karena mereka menjadi kelompok dan penentu Pembangunan Bangsa, mencapai Indonesia Emas 2045. Desain Model Gizi Sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dilakukan dengan praktek gizi dan status gizi yang baik melalui pendekatan sekolah dan keluarga yang terintegrasi sehingga dapat terwujud generasi Sehat Kuat dan terintegrasi yang dilakukan melalui 4 pilar yakni : edukasi gizi dan PHBS, lingkungan pangan sehat, peningkatan kapasitas, dan penguatan regulasi.