Menko PMK Imbau 3T Jadi Habit Masyarakat

Cilegon (12/3) -- Pemerintah hingga kini masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah. Salah satu menjadi kunci keberhasilan PPKM ialah pelaksanaan tracing (pelacakan), testing (pemeriksaan), dan treatment (penyembuhan) atau 3T.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan bahwa sesuai arahan presiden, 3T harus betul-betul fokus terutama yang berskala kecil. Mulai dari lingkungan rumah tangga, RT/RW, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"3T tidak boleh berhenti hanya kalau ada PPKM. 3T harus jadi habitualitas terutama kalau nanti ada kasus," ujarnya saat kunjungan kerja di Kota Cilegon, Banten, Jumat (12/3).

Muhadjir menyatakan 3T harus dilaksanakan seiring dengan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Ia meyakini, bila keduanya diintensifkan mulai dari lingkungan terkecil maka Covid-19 akan dapat segera berakhir.

Pada kesempatan tersebut, Menko PMK juga mengapresiasi pelaksanaan 3T yang dilakukan salah satu UMKM di Kota Cilegon. Berdasarkan keterangan pemilik UMKM, 4 dari 12 karyawan yang terkonfirmasi Covid-19 diberikan fasilitas isolasi mandiri (isoman) yaitu di salah satu ruko tempat produksi mukena dengan merek dagang Uwais tersebut.

Selain dijamin ketersediaan makanan bergizi dan obat-obatan, 4 karyawan terkonfirmasi Covid-19 itu juga terus dipantau perkembangan kesehatan selama isoman. Pantauan dilakukan oleh pemilik perusahaan bekerja sama dengan puskesmas, satgas Covid-19, dan pihak terkait lain.

Namun tidak hanya itu, di lain sisi, gotong-royong masyarakat dalam upaya menangani Covid-19 juga ditunjukkan oleh warga Barokah, Jombang Wetan, Cilegon. Seperti diketahui, warga berinisiatif menyewakan sebuah rumah untuk dijadikan tempat isolasi beberapa warga yang terkonfirmasi Covid-19.

"Saya kira apa yang dilakukan ini sudah sangat bagus. Pesan saya kepada semuanya, baik itu warga, aparat, dan juga pemda bahwa 3M itu tidak cukup. Jadi perlu 3T. Kalau semua kasus kecil ini ditangani di seluruh Indonesia insya Allah bisa selesai Covid-19," pungkas mantan Mendikbud.

Fokus Tangani Stunting

Sementara itu, Menko PMK turut memastikan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada upaya penanganan Covid-19. Akan tetapi, pelayanan terhadap kesehatan dasar juga masih terus dilakukan. 

"Dengan adanya wabah Covid-19 ini stunting diperkirakan naik. Karena itu kita tidak boleh terlalu fokus terhadap penanganan Covid-19 dan mengabaikan kesehatan dasar, termasuk stunting, Tb, kemudian penyakit menular yang lain seperti HIV," tutur Muhadjir.

Lebih lanjut, menurutnya, pemerintah akan lebih fokus menyeimbangkan antara penanganan Covid-19 dan pelayanan dasar kesehatan. Hal itu tentu dengan melibatkan kerja sama semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah.

Sebagai contoh, penanganan stunting di Kelurahan Masigit, Jombang, Cilegon. Dari 331 angka kelahiran, saat ini 3 bayi mengalami stunting atau dengan kata lain relatif rendah dibandingkan angka rata-rata stunting secara nasional.

"Ini suatu prestasi yang luar biasa dan ini bisa dicontoh untuk daerah yang lain. Perlu juga dipahami stunting itu domainnya lebih berat ke pembangunan keluarga bukan ke kesehatan. Karena itu masalah penanganan gizi, penyuluhan dan bimbingan pengantin itu menjadi fokus utama kita untuk mencegah stunting," tandas Menko PMK.

Kontributor Foto:
Reporter: