Anemia pada Remaja Putri Berisiko Tingkatkan Stunting

Menko PMK: Perhatikan Asupan Gizi, Hindari Diet Berlebih

Jakarta (22/1) – Di tengah situasi pandemi Covid-19, pemerintah tetap menaruh perhatian penting terhadap upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM). Salah satunya yaitu terkait masalah stunting dan pemenuhan gizi yang dapat mengancam keberlangsungan masa depan generasi muda Indonesia.

Sebagaimana diketahui, angka stunting pada tahun 2019 masih berada di angka 27,67%. Sementara berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dari tahun 2013 sampai 2018 terdapat kenaikan prevalensi anemia pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu 18,4% menjadi 32% atau 14,7 juta jiwa.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan anemia pada remaja perlu mendapat perhatian. Pasalnya, remaja yang mengalami anemia cenderung akan merasa lemah dan lemas sehingga malas dan lambat dan beraktivitas termasuk dalam menyelesaikan masalah.

“Kalau saat masa remaja sudah memiliki anemia, maka berpeluang menderita anemia saat hamil (setelah menikah). Kondisi ini akan semakin buruk sebab pada saat hamil dibutuhkan gizi yang lebih banyak. Jika tidak ditangani akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, bayi berat badan lahir rendah, dan akhirnya melahirkan bayi stunting,” ujarnya saat membuka Webinar Dalam Rangka Hari Gizi Nasional ke-61 dengan tema Remaja Bebas Anemia dan Stunting Kunci Masa Depan, Jumat (22/1).

Anemia merupakan salah satu dari tiga beban masalah gizi di Indonesia selain malnutrisi dan obesitas. Anemia terjadi akibat kondisi kekurangan zat besi (Fe) yang tidak hanya menjadi masalah bagi Indonesia tetapi juga banyak dialami negara-negara di Asia.

Menurut Muhadjir, perlu semangat dan dukungan dari semua pihak untuk mengatasi persoalan stunting dan juga masalah kekurangan gizi termasuk anemia. Intervensi melalui sosialisasi dari tingkat sekolah harus dilakukan agar remaja Indonesia, khususnya remaja putri, memahami pentingnya menjaga asupan gizi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

“Kita tahu banyak remaja putri kita yang menjalani diet berlebih tanpa mereka tahu hal itu bisa berdampak fatal, bahkan dampaknya terbawa sampai mereka hamil nanti. Ini yang sebetulnya perlu kita cegah dengan memberikan mereka pemahaman dan penekanan agar mereka mengubah perilaku diet sehingga tidak berdampak pada jangka panjang,”  tuturnya.

Menko PMK menekankan bahwa hal itu sangat penting agar ke depan Indonesia mampu meraih bonus demografi. Bukan hanya jumlah angkatan kerja yang tinggi tetapi produktivitas dan kualitasnya juga mampu bersaing karena memiliki tingkat kecerdasan yang mumpuni untuk menjadi generasi emas Indonesia di tahun 2045 mendatang. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: