Workshop Revolusi Mental Guru LP Ma’arif NU

PASURUAN (17/09/2022), Jelang Indonesia Emas 2045 ada cita-cita besar bangsa Indonesia yakni menjadi negara yang makmur, sejahtera, beradab, berkarakter baik, dan diisi oleh generasi yang mumpuni membangun bangsa. Untuk itulah, Pemerintah merangkul insan-insan yang sejak lama berkecimpung di dunia pendidikan seperti Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif  Nahdlatul Ulama (NU).

Hal ini disampaikan Deputi Bidang Koordinator Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi dalam sambutannya di acara Workshop Revolusi Mental yang mengambil tema Penguatan Pendidikan Mental dan Karakter Bagi Guru LP Ma’arif NU.

“LP Ma’arif bisa menjadi motor utama penggerak Revolusi Mental. Keuntungan demografi adalah sebuah rahmat bagi Indonesia. Saat ini sudah tugas kita mempersiapkan mereka, generasi emas usia produktif  dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak dipersiapkan, bisa jadi bencana demografi di masa datang,” tutur Didik, Jumat (16/09) di Hotel Ascent Premiere, Pasuruan, Jawa Timur.

Untuk mempersiapkan itu, imbuh Didik, ada 6 (enam) fase Siklus pembangunan manusia yang perlu diperhatikan. Pertama, fase prenatal dan ASI atau disebut juga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan balita. Pada fase ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, batita, dan balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting).

Kedua, fase usia dini anak. Pemerintah telah menginisiasi program Pendidikan Anak Usia Dini- Holistik Integratif (PAUD-HI) yang memaksimalkan kemampuan kognitif anak (stimulasi psikologis, pola asuh yang tepat, pemberian makan yang tepat) termasuk pembiasaan pada nilai-nilai karakter yang baik.

“Fase ketiga ini kita namakan fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter. Nah di sini LP Ma’arif sangat berperan besar, metode salah bisa merusak mentalnya,” imbuhnya.

Fase keempat yaitu fase perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan etos kerja Sumber Daya Manusia (SDM). Ini sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030 mendatang. Berikutnya, kelima, fase produktif ialah fase manusia memasuki dunia kerja, membangun keluarga berkualitas. Fase keenamaitu fase lansia. Diharapkan, pada fase ini bisa diwujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan bermartabat.

Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar menyambut baik diadakannya workshop Revolusi Mental untuk para guru LP Ma’arif. “Tidak ada alasan untuk tidak meningkatkan kualitas pendidikan warga nahdliyin. Kalau jadi guru mentalnya makelar, jangan jadi guru, keluar dan saya modali. Guru sejati adalah melihat anak didiknya sukses,” tuturnya .

Ditegaskan lagi oleh KH Marzuki, harus dan wajib meningkatkan kualitas pendidikan warga NU. “Warga NU jangan hanya menjadi pesuruh, jangan hanya diperintah. Kita harus bangkit dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan setinggi apapun harus, tapi juga jangan kehilangan etika, adab. Sebab, sekarang ini tidak pinter itu berbahaya, namun pinter juga berbahaya,” pungkasnya.

Workshop dibuka oleh Wakil Ketua Umum PBNU Zulfa Mustofa. Dalam kesempatan itu, Zulfa Mustofa sangat bergarap guru-guru LP Ma’arif selalu meningkatkan kapasitas diri. “Tingkatkan kapasitas diri, selalu belajar karena baik buruknya sebuah negeri karena guru,” tegasnya.

Dalam workshop kali itu, Asisten Deputi Revolusi Mental Katiman Kartominomo menyebutkan bahwa Indonesia masih jauh dari cita-cita kemerdekaan. “Kita masih lemah etos kerjanya. Kita lemah integritasnya terlebih dengan korupsi yang serupa pandemi. Kita juga krisis identitas dengan lemahnya gotong royong, ada polarisasi, politik indentitas,” tuturnya kala memberikan materi.

“Maka, perlu diberi vaksin, booster. Karena membangun peradaban diawali dengan membangun manusia berkualitas. Perlu intervensi fisik dan penanaman nilai-nilai karakter. Maka sejatinya Revolusi Mental yang paling pas adalah di dunia pendidikan, Karena Revolusi Mental adalah upaya merubah mental negatif menjadi positif,”pungkasnya.

Kontributor Foto:
Reporter: