Pabrik Oksigen Diminta Bersiap Naikkan Kapasitas Produksi

KEMENKO PMK -- Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, khususnya bagi pasien Covid-19. Sejumlah pabrik diminta bersiap menambah kapasitas produksi jika sewaktu-waktu sangat dibutuhkan.

 

Sebagai contoh di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut bahwa Samator, salah satu industri yang memproduksi oksigen, telah menaikkan 100% dari total kapasitas produksi normalnya yaitu sejumlah 5 ton perhari.

 

"Samator ini mensuplai sekitar 85% dari total kebutuhan oksigen di DIY karena itu memang yang menjadi andalan ya Samator ini. Saya minta siap-siap untuk menaikkan kapasitas kalau memang sangat dibutuhkan," ujar Muhadjir didampingi Area Filling Station Manager PT Samator Akhmad Sutardi saat meninjau pabrik oksigen PT Samator di Yogyakarta, Jumat (16/7).

 

PT Samator diketahui sebagai pemasok 85% oksigen di wilayah sekitar DIY. Menurut pengakuan Direktur PT Samator yang disampaikan Menko PMK, perusahaan Samator masih bisa menaikkan kapasitas produksi oksigen lebih dari 5 ton perhari.

 

Namun demikian, Mujadjir meminta PT Samator dan juga perusahaan penghasil oksigen lainnya agar tidak hanya mengandalkan dari satu pusat produksi saja. Hal itu bertujuan untuk tetap menjaga konsistensi produksi yang dihasilkan sehingga tidak terjadi kekosongan oksigen.

 

"Saya mohon nanti PT Samator kalau dari Kendal telat supaya dengan sigap bisa diisi dari yang lain, misalnya dari Surabaya atau yang ada di Jakarta atau di Bekasi. Artinya jangan hanya mengandalkan dari satu pusat produksi saja," tuturnya.

 

Selain itu, kata Menko PMK, antarperusahaan oksigen juga harus saling menjaga hubungan baik. Semisal, antara PT Samator dengan Air Products atau yang lainnya dapat saling meminjamkan tabung oksigen apabila terjadi kekurangan.

 

"Untuk kebutuhan oksigen yang sangat mendesak ini mohon agar diatur baik-baik. Saling pengertianlah karena ini menyangkut hidup mati pasien yang sangat tergantung dengan ketersediaan oksigen," pungkas Muhadjir.

 

Substitusi Produksi Perusahaan BUMN

 

Lebih lanjut, Menko PMK mengungkap bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN) telah menginstruksikan kepada perusahaan BUMN yang selama ini juga memiliki produksi oksigen untuk keperluan perusahaan agar dapat dialihkan untuk bidang kesehatan khususnya dalam penanganan Covid-19.

 

"Pemerintah juga terus membenahi masalah oksigen ini, mulai dari menaikan kapasitas produksi di instalasi produksi oksigen ini termasuk juga impor. Contohnya, ada pabrik-pabrik yang berada di bawah BUMN yang memproduksi oksigen yang selama ini digunakan untuk kepentingan pabriknya dialihkan untuk kebutuhan kesehatan. Ada yang sampai 40%," sebutnya.

 

Petrokimia Gresik sebagai salah satu perusahaan BUMN, tutur Menko PMK, akan mengaktifkan kembali instalasi produksi oksigen yang telah nonaktif sejak tahun 2019. Dengan itu ditaksir Petrokimia Gresik akan mampu memproduksi oksigen hingga 23 ton perhari.

 

Muhadjir berharap produksi oksigen Petrokimia nantinya bisa memenuhi kebutuhan darurat di RS terutama yang ada di sekitar Jawa Timur, seperti Surabaya dan Gresik.

 

"Sisanya bisa dialihkan ke daerah lain termasuk Jawa Tengah, DIY, yang kebetulan jumlah produksinya juga sangat terbatas," pungkas Menko PMK.

 

Namun yang tak kalah penting, ia menegaskan bahwa gotong-royong dan semangat saling membantu dari masyarakat sangat dibutuhkan. Para pelaku penyedia oksigen mulai dari industri hingga pengecer pun agar tidak memanfaatkan keadaan ketika oksigen sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

 

"Yang harus kita ingatkan jangan ada yang memanfaatkan, mengambil untung dengan oksigen ini. Apalagi sampai menumpuk, sengaja jual mahal karena dia tahu banyak yang butuh. Justru perlu ada gerakan sedekah oksigen untuk dapat saling membantu terutama mereka yang terkena Covid-19 dan sangat membutuhkan oksigen," tandasnya. (*)

 

Kontributor Foto:
Reporter: