KEMENKO PMK-- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dalam hal ini Kedeputian Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda menerima audiensi dari Santri Diplomacy Academy secara daring, pada Senin (9/10/2023).
Santri Diplomacy Academy yang merupakan Badan Otonom dari Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia diwakili oleh Project Coordinator Afdhal Alfarisyi, bersama dengan Presiden OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita, serta perwakilan dari Pondok Pesantren Daarul Ulum Lido sebagai calon tuan rumah pelaksanaan kegiatan. Audiensi diterima oleh Asisten Deputi Pemberdayaan Pemuda Ricky Radius Siregar dan Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Iwan Eka Setiawan.
Perwakilan Santri Diplomacy Academy Afdhal Alfarisyi memberikan informasi tentang acara Diplomasi Santri mendatang yang dijadwalkan dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Kegiatan rencananya akan diikuti oleh Pondok Pesantren dan santri dari seluruh Indonesia. Dalam acara tersebut menekankan pentingnya Pondok Pesantren dan santri dalam membina hubungan dan membuka jejaring internasional.
Menurut Afdhal, kegiatan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat kemitraan antara Santri Diplomacy Academy, OIC Youth Indonesia, menggaris bawahi komitmen semua pihak yang terlibat untuk mempromosikan diplomasi, keterlibatan pemuda, dan kerja sama internasional. Selain itu, untuk kegiatan rencananya juga akan bekerja sama dan melibatkan Kemenko PMK sebagai narasumber dalam kegiatan.
Dalam kesempatan itu, Asisten Deputi Pemberdayaan Pemuda Ricky Radius Siregar menyampaikan bahwa tugas Kemenko PMK adalah melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, termasuk urusan kepemudaan. Ricky memaparkan, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pemuda Indonesia dalam menghadapi bonus demografi dan Indonesia Emas 2045.
Ricky menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh Santri Diplomacy Academy. Menurutnya, kerja sama dalam bidang kepemudaan terutama dalam urusan pesantren dan santri khususnya dalam ruang lingkup kebijakan bisa dilakukan bersama-sama.
"Kita dapat berkolaborasi untuk melihat potensi apa yang bisa kita kerjakan untuk tentunya bagaimana program pemerintah bisa dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya. Tentu dengan jumlah kurang lebih 39 ribuan pesantren dan 4 juta santri yang tercatat di Indonesia menjadi modal potensial, Kita berharap para santri yang merupakan bagian Pemuda Indonesia dapat mengoptimalkan potensi Partisipasi dan Kepemimpinan di level Nasional maupun global." ungkap Ricky.
Sekretaris Deputi 4 Kemenko PMK, Iwan Eka menyampaikan bahwa harus ada keberpihakan terhadap pondok pesantren salafiyah yang juga tidak kalah pentingnya untuk dihadirkan dalam kegiatan dimaksud selain para pondok pesantren modern. Pondok pesantren ini merupakan sumber Daya yang dapat dioptimalkan dalam rangka Pembangunan Manusia baik dari sisi ekonomis sampai ekologis.
Di dalam audiensi tersebut pihak Asisten Deputi Pendidikan Keagamaan Deputi 6 menyampaikan sambutan baik terhadap pelaksanaan kegiatan Diplomasi Santri ini. Pihak Deputi 6 juga siap untuk mengkomunikasikan kegiatan tersebut dengan mitra utama mereka yaitu Kementerian Agama khususnya Ditjen Pendidikan Islam yang di dalamnya memiliki Direktorat Khusus tentang Pondok pesantren.
Asdep Ricky menyambut baik bila kegiatan Santri Diplomacy Academy akan mengundang dari Kemenko PMK. Dia mengatakan dalam era globalisasi yang terus berkembang, santri harus mampu beradaptasi dengan cepat dan melampaui batasan-batasan geografis. SDA sebagai wadah yang memungkinkan santri Indonesia untuk mengasah keterampilan diplomasi, dialog yang konstruktif, dan mengembangkan jaringan hubungan yang kuat dengan pemuda dari negara lain. Kerja sama dan pemahaman lintas budaya yang dihasilkan dari kegiatan ini akan membantu kita dalam mencapai tujuan bersama untuk kemajuan bangsa Indonesia.