KEMENKO PMK -- Asisten Deputi Bidang Ketahanan gizi dan promosi Kesehatan Jelsi Natalia Marampa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Jelsi Natalia Marampa menjelaskan, perbaikan perilaku makan dan gaya hidup sehat melalui edukasi gizi di sekolah serta ditingkat masyarakat sangat penting untuk mengurangi permasalahan gizi dan meningkatkan perilaku hidup sehat ditahap usia selanjutnya.
Karena itu, Kemenko PMK didukung World Food Program (WFP) mengembangkan Desain Uji coba Model Gizi Anak Sekolah Dasar Terintegrasi sebagai upaya peningkatan gizi anak sekolah, dan dalam upaya implementasi Permenko PMK No.1 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR).
Bulan Januari telah dilakukan workshop di 3 kabupaten tersebut dengan tujuan mendapat komitmen dari pimpinan daerah dan para kepala OPD terkait di setiap daerah, serta untuk memperoleh kesepakatan dalam menyusun langkah-langkah strategis.
Kegiatan tersebut dilakukan di 3 lokasi sebagai daerah uji coba yakni Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Kabupaten Kupang NTT, dan Tana Toraja Sulawesi Selatan. Upaya ini merupakan salah satu implementasi dari Strategi RAN PIJAR Khususnya Strategi 2 yakni Perluasan akses pelayanan kesehatan gizi yang berkualitas.
"Dari kegiatan tersebut hasilnya diketahui bahwa daerah sangat antusias dan berkomitmen penuh untuk mendukung dalam pelaksaan kegiatan Peningkatan Gizi Terintegrasi Bagi Anak Sekolah Dasar," ujar Jelsi saat melakukan Rapat Koordinasi Tindak lanjut Uji Coba Desain Model Terintegrasi Gizi Anak Sekolah Dasar yang dihadiri oleh Tim World Food Program (WFP), pada Rabu (8/5/2024).
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah lokasi modeling dan diharapkan hasil implementasi ini dapat dikembangkan di daerah lainnya dengan berabagai intervensi gizi yang dapat dilakukan bagi anak sekolah dasar sehingga mereka tumbuh sehat dan cerdas.
"Diharapkan kegiatan Piloting Project di 3 kabupaten tersebut bisa diimplementasikan secara nyata dan dapat menjadi role model untuk Daerah yang lain di Indonesia," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Nutrition Advisor World Food Program (WFP), Joris Van Hess dan Programme Officer World Food program , Tania Barendz, sepakat dengan Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi kesehatan Kemenko PMK Jelsi Natalia Marampa menyampaikan bahwa Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan pada 3 lokasi bersama WFP akan dilanjutkan dengan forum diskusi multi sektor dan akan mempertajam konsep besarnya.
“Untuk kegiatan kedepan kami akan menggandeng multisektor lain yang lebih banyak untuk bekerjasama dalam kegiatan atau koordinasi," ungkap Joris Van Hess dalam diskusi tersebut.
Lebih lanjut Tania dari WFP juga menguangkapkan rencana kedepan akan ada pertemua setiap Triwulan untuk mendukung anak sekolah terutama masalah gizi, dan tentunya sebelum kegiatan tersebut. Program yang sudah banyak dilakukan tentunya akan dievaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pelaksanaan kegiataan.
"Kerjasama dengan mitra pemerintah maupun non pemerintah untuk kolaborasi dan mempercepat implementasi akan segera dilakukan dengan harapan mencapai Indonesia Emas 2045 karena anak usia sekolah dan remaja menjadi perhatian dan prioritas dalam pembangunan bangsa," ujarnya.
Menurut Asdep Jelsi, upaya intervensi terkait perbaikan gizi anak sekolah memang diperlukan lebih banyak pihak untuk bekerjasama, serta komitmen kepala daerah dalam menentukan langkah-langkah strategis dalam kegiatan nyata dilapangan untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Pada kesempatan tersebut, Jelsi juga menyampaikan bahwa perlunya dikembangkan gizi terintegrasi anak sekolah dasar karena saat karena anak-anak SD masih banyak yang mengalami kurang gizi.
Perilaku-perilaku jajan di sekolah yang tidak sehat, kurang konsumsi sayur dan buah seharusnya diberikan pemahaman agar kebiasaan itu berubah. Upaya intervensi terkait perbaikan gizi yang dikembangkan pemerintah saat ini lebih difokuskan kepada kelompok usia balita, sementara pada kelompok usia anak SD belum optimal.
Dalam upaya tindak lanjut pengembangan model gizi anak sekolah dasar terintegrasi, akan dilakukan koordinasi multisektor dan intervensi lainnya di lokasi daerah uji coba. Jelsi juga meminta Kementerian/ Lembaga terkait untuk berkolaborasi dalam pengembangan model gizi anak sekolah dasar yang terintegrasi selanjutnya.
Pada kesempatan yang sama Joris juga menyampaikan bahwa WFP siap mendukung dan akan terus berkolaborasi dengan kemenko PMK untuk pengembangan Model Peningakatan Gizi Terintegrasi Anak Sekolah Dasar dan mempersiapkan TOR serta timeline untuk rencana aksi dalam 5 tahun kedepan. (*)