*Strategi Khusus Pemerintah Jinakkan Covid-19
KEMENKO PMK -- Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah memiliki dampak yang luar biasa besar. Dampak nyatanya adalah pada sistem kesehatan nasional. Pada tahun pertama pandemi, dunia khususnya Indonesia harus mengakui keganasan Covid-19 karena kita belum begitu siap menghadapi datangnya penyakit yang dikarenakan virus Corona.
Sistem kesehatan nasional belum sepenuhnya siap dalam hal pencarian dan pengetesan kasus. Kemudian fasilitas rumah sakit yang belum mencukupi di seluruh wilayah, sarana prasarana seperti pemenuhan oksigen, ventilator yang belum mumpuni, dan juga tenaga kesehatan yang belum punya pengalaman banyak menghadapi penyakit ini.
Dampak lainnya adalah kemiskinan yang semakin meningkat. Karena pandemi, berbagai sektor kehidupan harus dibatasi. Virus yang menyebar melalui udara dan juga kontak fisik itu membuat berbagai aktivitas perekonomian dibatasi dengan pembatasan skala besar ataupun skala kecil. Pandemi juga mengancam target pembangunan nasional tidak bisa tercapai.
Kurang lebih selama 3 tahun virus Covid-19 telah hadir di dunia. Virus yang awalnya ganas, kini sudah semakin terkendali dan menjadi pendamping kita. Terbukti dengan kasus-kasus harian yang semakin menurun setiap harinya, dan juga fatalitas yang tidak bertambah. Kurun waktu tersebut, berbagai penanganan telah dilakukan pemerintah Indonesia.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto menjelaskan bahwa Indonesia memiliki strategi khusus dalam "menjinakkan" Covid-19.
Agus memaparkan, Indonesia menggunakan strategi Trisula untuk penanganan Covid-19, secara menyeluruh, yakni penanganan di sektor kesehatan, perlindungan sosial, dan stimulus eknomi untuk sektor dunia usaha. Hal itu disampaikannya pada The 2023 AUA Academic Conference in Public Health Resilience in the Covid-19 Pandemic - Faculty of Public Health Universitas Indonesia Science Festival (SciFes), secara daring, pada Minggu (12/2/2023).
"Penanganan pertama yaitu pada urusan kesehatan, mulai dari percepatan vaksinasi, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan sarana prasarana kesehatan, dan pemenuhan oksigen. Kemudian juga, memenuhi tenaga kesehatan sampai seluruh wilayah," ujar Agus Suprapto.
Kemudian, penanganan sektor ke dua adalah perlindungan sosial. Berbagai skema bantuan sosial digelontorkan pemerintah supaya masyarakat tetap bisa memiliki daya eknomi dan bisa mencukupi kebutuhan dasarnya.
Ke tiga, di sektor ekonomi dan dunia usaha, pemerintah juga menerapkan stimulus khusus supaya pengusaha kecil menengah bisa tetap bergeliat. Kemudian juga dengan menerapkan kebijakan gas rem di sektor ekonomi. Yang mana ini menjadi metode kunci supaya sektor eknomi tetap berjalan.
Kemudian, yang tak kalah penting kata Staf Ahli Agus Suprapto adalah dalam hal literasi dan pemahaman akan protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, san juga kesadaran vaksin. Saat ini, menurut Agus, literasi mengenai protokol kesehatan sudah sangat bagus, dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.
"Semua sektor telah menerapkan protokol kesehatan. Ini peningkatan literasi luar biasa di berbagai sektor dalam menghadapi pandemi," ujarnya.
Selain itu, menurut Agus Suprapto, manjurnya penanganan pandemi di Indonesia tak terlepas dari peranan Pentahelix. Peranan unsur pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, civil society, dan media massa, menjadi sangat penting dalam penanganan pandemi Covid-19.
Berbagai unsur solid bekerja sama dan gotong royong dalam penaganan pandemi.
Tidak hanya peran dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah saja, tetapi ini juga merupakan peran dari masyarakat sipil yang menjadi relawan bergerak membantu sesama, kemudian media massa yang menjadi penghubung, dan kemudian, perguruan tinggi yang melakukan berbagai inovasi dan memberikan bantuan dari segi keilmuan.
"Dan saya berharap bila ada pandemi lagi kita bisa semakin kompak," ucapnya.
Agus berharap, di masa pandemi yang sudah semakin melandai, peranan pentahelix juga tetap siap sedia dalam menghadapi keadaan darurat. Mengingat, dia bilang, keadaan pandemi belum sepenuhnya usai dan bisa saja kembali parah, atau ada hal yang tidak diinginkan lainnya. Termasuk, dia mengajak perguruan tinggi untuk melakukan kajian dalam menghadapi keadaan darurat yang terjadi.
"Saya juga mengingatkan agar pelajaran selama pandemi Covid-19 yang meliputi aktivitas kedaruratan kerja sama dalam respons darurat. Untuk ke depan pihak civitas akademika universitas juga harus dilibatkan," ujar Agus.
"Saya kira teman-teman akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, serta di bidang perhubungan atau kelautan juga berlu dilibatkan untuk sustainability kewaspadaan kita dalam menghadapi dan menangani kejadian luar biasa lainnya," pungkasnya. (*)