ETHNOCHESTRA PERKUAT DIPLOMASI BUDAYA

Pertunjukan konser musik bertajuk Ethnochestra: A Melody of Friendship itu diawali oleh alunan musik klasik karya Johann Strauss “Wiener Blut” dan dipandu oleh Johannes Vogel. Selanjutnya, Erwin Gutawa naik ke atas panggung dan alunan musik Indonesia pun berkumandang. Penampilan dimulai dengan medley lagu Chopin Larung, Geger Gelgel, dan Janger Saka yang dinyanyikan oleh Gita Gutawa dan Gabriel Harvianto, dilanjutkan dengan Swarna Dwipa dan Fatwa Pujangga.

Menjadikan musik sebagai alat diplomasi budaya tentu sangat menarik, sembari unjuk kekayaan budaya asli Bangsa Indonesia di negeri orang.

Kemudian Sandhy Sondoro membawa para penonton ke wilayah paling timur di Indonesia, yaitu Papua, dengan lagu Pangkur Sagu. Dilanjutkan dengan Macapat Pangkur dan Walangkekek yang dibawakan Woro Mustiko. Lebih dari 15 lagu dimainkan dalam konser berdurasi 120 menit itu. Konduktor Erwin Gutawan dan Johannes Vogel pun bergantian memandu orkestra memainkan lagu-lagu tradisional Indonesia dan musik klasik khas Austria.

Konser musik yang digagas Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wina, Austria ini merupakan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Konser menampilkan berbagai paduan antara orkestra simfoni Austria dengan instrumen serta unsur-unsur musik tradisional Indonesia. Dalam konser ini komponis dan musisi terkemuka Indonesia Erwin Gutawa berkolaborasi dengan musisi dan konduktor ternama Austria, Johannes Vogel. Vogel selama ini dikenala sebagai Pemimpin Synchron Stage Orchestra Vienna (SSOV). SSOV merupakan mitra studio rekaman terkemuka di Austria maupun dunia, yaitu Synchron Stage Studio yang sering digunakan untuk memainkan soundtrack film-film kelas dunia.

Persahabatan kedua negara antara Indonesia dengan Austria diketahui telah terjalin sekitar 65 tahun lamanya. Dalam waktu yang lama itu, jalinan persahabatan ini diharapkan dapat semakin baik terlebih jika dapat terwujud hubungan antarmasyarakat kedua negara sebagai sahabat bangsa (people to people connectitivity). Sebagai bangsa yang besar karena kekayaan budayanya terutama karena telah melahirkan seorang Komposer Musik kelas dunia yaitu WA Mozart, Austria diketahui juga akan selalu menjadi mitra strategis Indonesia dalam upaya pengembangan program sosial budaya. 

Menko PMK, Puan Maharani selaku Wakil Pemerintah Indonesia lalu hadir sekaligus mengantarkan persembahan Konser Musik Ethnochestra: A Melody of Friendship untuk merayakan 65 tahun persahabatan Indonesia – Austria di Wiener Konzerthaus Vienna, pada Rabu (12/06) waktu setempat. Menko PMK dalam sambutannya menyatakan rasa bangganya bahwa dapat menampilkan orkestra simfoni musik tradisional Indonesia di Wina, Austria. Austria sendiri menurutnya adalah sebuah negara yang juga terkenal akan kekuatan budaya dan musiknya. 

“(Dengan konser musik ini—red) Saya berharap masyarakat Austria akan semakin mengenali Indonesia dan meningkatkan konektivitas people to people secara harmonis. Kolaborasi yang luar biasa dari kedua musisi dan komposer Indonesia -Austria akan menyuguhkan perhelatan musik yang istimewa dan menjadi bukti keselarasan kedua negara untuk melakukan berbagai kolaborasi strategis,” papar Menko PMK. “Saya berharap penampilan Ethnochestra: A Melody of Friendship menjadi momentum perayaan persahabatan yang begitu erat antara Austria dan Indonesia yang sudah terjalin dan yang akan berjalan di masa mendatang.” Konser musik ini turut dihadiri oleh Dubes RI untuk Austria, Darmansjah Djumala; Pejabat Kementerian Luar Negeri Austria; Duta Besar Negara-Negara Sahabat; dan Masyarakat kedua negara: Austria - Indonesia. 

Acara ini bertujuan untuk mempromosikan Indonesia di panggung internasional, khususnya di bidang seni dan budaya dalam hal ini karya musik pop modern Indonesia sekaligus mendorong penguatan industri kreatif nasional. Perpaduan musik barat dan timur ini diperkirakan akan memiliki daya tarik tinggi dan diharapkan dapat menarik banyak pengunjung  warga Austria.

Selaku Pengagas acara, Pemerintah Indonesia melalui KBRI telah melakukan serangkaian kegiatan yang selama ini pada intinya diketahui untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata Indonesia dengan cara menampilkan wajah Islam di Indonesia yang moderat dan demokratis.

Dalam kaitan ini, KBRI/PTRI Wina selama tahun 2016 telah melakukan pendekatan dengan berbagai kegiatan promosi sosial budaya Indonesia dan kegiatan penerangan lainnya. Kerjasama dilakukan tidak saja dengan pihak pemerintah setempat tetapi juga dengan mitra lainnya baik institusi swasta, kelompok masyarakat diantaranya kelompok seni di kedua negara, individu seperti akademisi, seniman, jurnalis, tokoh agama dan lainnya.

Peningkatan pemahaman terhadap Indonesia tidak saja dilakukan melalui event-event besar seperti pameran seni budaya, pagelaran kesenian, workshop, publikasi media massa tetapi juga dengan berbagai kegiatan khusus untuk target audience tertentu. Generasi muda Austria merupakan salah satu target audience yang perlu untuk terus dibina dan ditingkatkan.

Sementara musik, sejauh ini telah terbukti sebagai media yang sangat kuat dan tidak terbatas. Musik dapat dinikmati sekaligus digunakan oleh individu, komunitas, dan bahkan sebuah bangsa untuk mengekspresikan diri. Musik juga sudah menjadi bagian dari dunia diplomasi dan hubungan internasional. Musik tidak lagi hanya menjadi hiasan pada acara-acara internasional tetapi telah berubah menjadi sebuah kebutuhan. 

Eksplorasi hubungan antara musik dan diplomasi telah mendapat minat baru dalam beberapa tahun terakhir. Sejarah mencatat, bahwa musik dapat mempengaruhi keputusan individu. Musik dapat menyampaikan pesan yang merupakan cerminan perkembangan umum di masyarakat secara keseluruhan. 

Terbukti pula bahwa kegiatan budaya secara umum dan musikal secara khusus, memiliki kesempatan besar untuk menyampaikan pencapaian sebuah bangsa di tingkat nasional maupun internasional. Nilai budaya sebuah negara sangat terwakili oleh musik. 

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana memaksimalkan musik tradisional dan musik nasional Indonesia dalam pengelolaan diplomasi budaya sehingga keberadaannya diakui secara global. (*)