Asdep Maman Wijaya : Koperasi adalah Alat untuk Membangun Karakter

KEMENKO PMK - Mengapa harus membuat koperasi di sekolah? Pertanyaan ini diajukan Asisten Deputi Revolusi Mental Kementeriaan Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Maman Wijaya di depan siswa dan pengurus koperasi siswa SMA Dwijendra Denpasar, Bali, Kamis (5/10/2023). 

Pertanyaan itu dilontarkan Maman sejalan dengan pesan yang selalu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Muhadjir Effendy dalam berbagai kesempatan. Menko Muhadjir menegaskan, sebagai soko guru ekonomi nasional, saatnya koperasi digelorakan kembali agar kemandirian dan kedaulatan bangsa tercapai. 

Untuk itu, seperti yang diingatkan Menko PMK, perlu dilakukan berbagai upaya. Salah satunya melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Ayo Berkoperasi di dunia pendidikan. Tak ayal, literasi koperasi di sekolah perlu dihadirkan untuk menyemai generasi masa depan yang berkesadaran koperasi dan menanamkan karakter kewirausahaan secara antisipatif.

“Maka, saya setuju dengan Ketua Yayasan Dwijendra Pak Ketut Wirawan tadi bahwa pendidikan tidak hanya untuk jadi  pintar saja. Pendidikan juga harus membentuk generasi yang berkarakter, komitmen terhadap bangsa, cinta tanah air juga perlu ditanamkan. Pinter buat produk tapi tak bisa berjualan. Pintar berjualan tapi tidak bisa membuat produk sendiri, akhirnya impor padahal kita mampu. Maka bukan hanya pintar saja yang dibutuhkan tapi memiliki integritas dan jiwa yang kuat,” urai Maman membuka sambutan tentang mengapa harus membuat koperasi di sekolah.

“Tadi saya dengar ibu kepala sekolah menjelaskan bahwa sekolah berupaya melatih siswa berkelompok untuk membuat produk. Dalam setahun ada 120 produk dihasilkan di SMA Dwijendra, luar biasa. Setelah itu, diajarkan pula bagaimana memoles produk itu untuk  memiliki nilai ekonomi dan bisa membuat nilai tambah atas produk itu,” jelas Maman.

Maka manakala sudah berada di titik bisa membuat produk yang bernilai tambah, menurut Maman, di titik itulah siswa perlu sesuatu yang belum  dimiliki.

“Apa itu? Kebersamaan, dengan produsen-produsen sekeliling. Untuk apa? Untuk membangun kekuatan. Kekuatan untuk membesarkan diri, memperkokoh eksistensi, dan ekspansi ke pasar yang lebih luas. Kalau sendiri-sendiri tidak bisa, maka perlu bersatu. Bersatu dalam hal apapun Untuk bersatu itu perlu wadah, ya wadahnya koperasi itu,” urai Maman meyakinkan bahwa dengan bersatu, kekuatan menjadi besar.

Sudah Teruji

Ditegaskan Maman, koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional sudah teruji di negara-negara lain. Koperasi, tegas Maman tidak hanya di negara demokratis atau sosialis, bahkan di negara liberal dengan perusahaan tingkat dunia banyak dikembangkan dengan koperasi.

“Lantas apa misi koperasi dikembangkan di sekolah? Nah, di sekolah adanya koperasi itu untuk belajar membangun gotong royong, belajar meningkatkan etos kerja, kemandirian, kemampuan menjual produk. Jadi ada dua misinya, satu mempersatukan tadi bahwa dengan koperasi punya daya dobrak yang lebih dan kedua membelajarkan nilai-nilai koperasi,” tegas Maman.

Membelajarkan siswa tentang nilai-nilai koperasi itu tentu saja adalah wujud nyata penanaman nilai-nilai seperti yang dijabarkan di UUD 45 pasal 33. Dengan demikian, koperasi adalah wadah untuk membangun ekonomi kerakyatan sebagai landasan perekonomian nasional kita.

“dengan demikian, koperasi adalah alat untuk membentuk karakter. Itulah yang menjadi misi revolusi mental yang dibawa Kemenko PMK.  Maka kalau jadi alat atau wadah buat belajar, koperasi  harus  baik. Jangan sebaliknya seperti di beberapa tempat, uang koperasi sekolah diambil pengurusnya. Jadi nama baik koperasi tercemar,” cerita Maman

Maka, memang sudah waktunya mengembalikan nama baik koperasi seperti yang sudah diupayakan Kemenko PMK bersama kementerian dan lembaga lain. 

“Karena sudah terbukti bahwa koperasi ini membuat jiwa bangsa ini menjadi lebih kuat. Beberapa hari yang lalu Pak Presiden  melalui Pak Menko PMK selalu mengingatkan untuk memakai dan melindungi produksi dalam negeri. Mohon kita ingat ini sebagai bangsa Indonesia mempertimbangkan kandungan produksi dalam negeri karena itu menjadi salah satu nilai dari koperasi,” ujar Maman mengingatkan bahwa koperasi adalah wujud nyata kedaulatan ekonomi bangsa.

Maman pun mencontohkan bahwa banyak produk disebut produk lokal namun bahan bakunya impor semua dan hanya sekedar dirakit di dalam negeri. 

“Tidak salah memang, namun mulai hari ini kita perlu meningatkan kesadaran itu. Ada 47 produk pertanian pengendali inflasi. menuju tahun politik komoditas itu bisa saja dimainkan asing agar terjadi inflasi dan rupiah anjlok. Perekonomian terganggu, masyarakat resah dan mudah diadu domba. Kita perlu sadar akan hal itu. Maka pelaku koperasi harus pahami produk-produk yang memiliki daya dorong yang baik sebagai wujud cinta produk dalam negeri, dan lebih jauh untuk kedaulatan ekonomi bangsa,” pungkas Maman Wijaya.

Aksi nyata revolusi mental  di SMA Dwijendra kali ini selain melanjutkan gerakan ayo berkoperasi juga membawa misi gerakan penurunan stunting dengan kampanye makanan sehat. Selain itu, juga melanjutkan Aksi Nyata GNRM dengan Penanaman Sepuluh Juta pohon untuk kelangsungan lingkungan hidup. Penanaman Pohon di sekolah sudah dilakukan sejak Mei 2022 lalu. 

Kegiatan ini dihadiri juga oleh, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Perkoperasian, Kemenkop UKM Wisnu Gunandi,  Kepala Bidang, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali Ngurah Pasek Wira Kusuma, Kepala Bidang, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menegah Provinsi Bali Tri Arya, Ketua Yayasan Dwijendra Ketut Wirawan beserta pengurus yayasan, Kepala Sekolah dan guru SMA Dwijendra,  komite sekolah dan para siswa. 

Kontributor Foto:
Reporter: